Sustainable Products, termasuk Kelapa Sawit, Menjadi Trend Perdagangan Global

0

 

Sustainability atau keberlanjutan produk kelapa sawit (sawit) dan produk lainnya telah menjadi trend kehidupan masyarakat global yang concern dengan kondisi global yang lebih ramah lingkungan.

Hal ini tidak terlepas dari isu global perubahan iklim dan harus ditangani bersama oleh masyarakat global. Arus kesadaran terhadap isu keberlanjutan di masyarakat global berimbas pada tekanan untuk menggunakan produk sawit yang berkelanjutan.

Mantan peneliti senior PT. Riset Perkebunan Nusantara (RPN) Dr. Ir. Gede Wibawa menyatakan, berkenaan dengan aspek sustainability di komoditas sawit, sebenarnya Indonesia telah melakukan usaha yang sangat intensif, untuk merespons kebutuhan global, dengan adanya standardisasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

Usaha Pemerintah untuk meyakinkan berbagai negara mitra dagang komoditas ini, bahwa Indonesia mempunyai ISPO sebagai standar keberlanjutan sawit Indonesiapun sangat intensif dilakukan.

“Setiap pelaku usaha kelapa sawit wajib mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam ISPO, dimulai dari proses pembenihan sampai dengan tahap produksi agar menghasilkan produk turunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” kata Gede di Bogor, 26/11/2021.

Selain itu, lanjut Gede, pengembangan minyak kelapa sawit dan produk turunannya sangat berperan penting dan strategis dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia termasuk mendukung upaya Pemerintah Indonesia untuk memenuhi komitmen Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia.

Kita harus menyadari “di satu sisi, menghasilkan sustainable product memang sudah menjadi trend perdagangan dunia dan langkah langkah Indonesia sudah in line dengan trend tersebut.

Namun, di sisi lain kita juga harus tetap mencermati perkembangan global tersebut, agar kebijakan yang mengatas namakan pro lingkungan atau sustainable jangan sampai menjadi alasan terselubung untuk mendiskriminasi komoditas Indonesia dalam perdagangan global” tegas Gede.

Untuk itu, Gede berharap, Indonesia memiliki tim yang kuat dan solid, baik dari sisi SDM ahli, scientific data yang terpublikasi secara internasional, yang siap untuk menjawab berbagai tantangan perdagangan dan melindungi produk kita, misalnya seperti sawit yang didiskriminasi oleh kebijakan negara tertentu di pasar global.

Jangan sampai  sekali lagi, isu sustainable development menjadi alasan terselubung untuk mendiskriminasi komoditas sawit dan komoditas pertanian indonesia lainnya.Termasuk dalam hal ini, Indonesia harus mencermati perkembangan proposal Komisi Uni Eropa yang terbit di bulan November ini yang mengaitkan komoditas seperti peternakan sapi, kayu, sawit, kedelai, kakao dan kopi sebagai penyebab utama deforestasi dan degradasi hutan. Kalau kita pahami secara mendasar “UE sebenarnya mengakui, bukan hanya sawit penyebab deforestasi tetapi ada komoditas pertanian lainnya seperti kedelai, salah satu komoditas minyak nabati, tetapi dalam kebijakan Renewable Energy Directive (RED) II, misalnya, hanya sawit yang terkena dampak paling besar,” jelas Gede.

Apalagi sebagai produsen terbesar minyak kelapa sawit, lanjut Gede, Indonesia memiliki kepentingan yang besar untuk dapat memastikan keberlanjutan akses pasar strategis minyak kelapa sawit ke seluruh penggunanya di berbagai belahan dunia termasuk di wilayah Uni Eropa. Uni Eropa merupakan salah satu pasar terpenting perdagangan minyak kelapa sawit Indonesia, yang kebijakannya dapat menciptakan trend tersendiri secara global.

“Bagi Indonesia, minyak kelapa sawit menjadi isu global karena merupakan komoditi minyak nabati yang paling kompetitif di dunia. Tentu saja keunggulan ini akan “menekan” performance komoditas pesaingnya. Oleh sebab itu, berbagai cara dilakukan untuk mengangkat competitiveness komoditas pesaing sawit, termasuk dengan perlindungan kebijakan, dan kita sangat memahami hal tersebut” jelas Gede.

Sebagaimana kita ketahui, Indonesia dan Malaysia, sebagai dua negara penghasil sawit terbesar dunia tidak menerima kebijakan RED II Uni Eropa, sehingga ke dua negara ini mengajukan gugatan terhadap kebijakan RED tersebut ke Sidang World Trade Organizasion (WTO). Kita hanya ingin komoditas sawit kita diperlakukan adil dan bersaing secara fair dengan komoditas minyak nabati lainnya di forum perdagangan dunia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini