Lembaga Sertifikasi PT Mutu Indonesia Strategis Berkelanjutan (LS MISB) mengelar refreshment atau penyegaran kembali. Tujuannya, mengasah dan meningkatkan kualitas kompetensi personel untuk menghadapi persaingan antar lembaga sertifikasi yang semakin ketat.
Hal tersebut disampaikan Ketua Dewan Pengarah LS MISB Achmad Mangga Barani saat pembukaan acara di Hotel Swiss Bell Pondok Indah Jakarta, Senin, 14 Oktober 2024.
Menurut Mangga Barani, refreshment atau penyegaran kembali dilakukan untuk membangkitkan kesadaran auditor akan pentingnya menjaga kinerja dan kualitas dalam menyelesaikan berbagai laporan tugas auditor untuk Sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
“Sehingga ke depan tidak perlu terus diarah-arahkan lagi dalam menyelsaikan tugas masing-masing auditor. Auditor tidak lagi mengulangi kesalahan yang lalu, apalagi standar laporan saat ini lebih sederhana,” kata Mangga Barani.
Mangga Barani menambahkan, pemerintah berencana mengganti Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia. Perpres baru direncanakan akan memayungi sektor hulu sampai hilir dan bionergi dalam menerapkan sertifikasi ISPO.
“Namun kita tunggu saja, apakah pemerintahan yang baru akan segera menetapkan aturan tersebut. Meski demikian LS MISB tetap harus mempersiapkan diri menghadapinya, terutama tambahan skema sertifikasi mengenai industri dan bioenergy/biodiesel,” tambahnya.
Untuk menjaga kualitas, lanjutnya, semua auditor tetap bekerja sesuai dengan system yang ada. Sehingga laporan bisa selesai dalam 6 bulan. Apalagi persaingan antar lembaga sertfikasi makin ketat, sehingga perlu kinerja yang excellent atau bagus sekali, tak sekedar good job atau kerja bagus.
“Bahkan, sebenarnya jika bisa lebih cepat selesai akan lebih baik. Dan dilapangan auditor bisa lebih fleksible. Perlu kinerja yang excellent atau bagus sekali, tak sekedar good job atau kerja bagus,” lanjut Manga Barani.
Menurut Mangga Barani, potensi bisnis lembaga sertifikasi masih cukup bagus dan menjanjikan. Hal ini karena dari semua perusahaan kelapa sawit baru sekitar 30 persen dan 70 persennya belum tersertifikasi atau lebih dari 10 juta hektar perkebunan sawit.
“Audit masih memiliki potensi yg bagus. Baru sekitar 30 persen yang sudah diaudit. Masih ada 70 persen yang belum atau 10 juta ha perkebunan sawit. Selain itu, adanya desakan dari negara-negara pembeli yang mensyaratkan adanya sertifikat,” katanya.
Mangga Barani menegaskan, saat ini ada 26 LS yang bersaing untuk melakukan audit sertifikasi ISPO. Persaingan itu dipengaruhi oleh kualitas dan tingkat harga dan servis.
“Ada 26 LS yang bersaing untuk melakukan audit sertifikasi ISPO. Persaingan itu dipengaruhi oleh kualitas dan tingkat harga dan servis. Agar tetap memiliki daya saing yang kuat, maka perlu ditingkatkan semuanya, kualitas, servis dan harga harus tetap kompetitif,” katanya.
Mangga Barani mengakui, kelemahan LS MISB hanya bisa memberikan satu sertifikat ISPO, sementara beberapa LS bias memberikan 2 sertifikasi sekaligus, ISPO dan RSPO.
“Kelemahan kita hannya single sertifikat dibandingkan dengan LS lainnya yang bisa melakukan sertifikasi double sekaligus, ISPO dan RSPO. Meski demikian, kita tetap harus optimis dan mendukung sepenuhnya ISPO yang merupakan sertifikasi dalam negeri untuk mendukung industry sawit yang berkelanjutan,” katanya.
Selain itu, Mangga Barani mengatakan, audit sertifikasi ISPO tidak hanya soal bisnis semata, tetapi juga menyangkut amal jariah. Dengan adany sertifikat ISPO petani, maka secara langsung dapat meningkatkan harga jual TBS petani.
“Sertifikat ISPO untuk petani dapat mengingkatkan harga jual TBS. Sehingga, jika kita melakukan audit untuk petani juga merupakan ibadah amal jariah,” katanya.
Direktur LS PT MISB, Rismansyah Danasaputra menambahkan, refreshment atau penyegaran kembali perlu diadakan berkala minimal 1 tahun sekali, untuk mengasah dan meningkatkan kualitas kompetensi personel.
“Apalagi, MISB selalu menjadi sorotan atau barometer bagi LS lain dalam membuat laporan sertifikasi ISPO. Satu saat dipuji-puji tetapi adakalanya dicaci karena dianggap membuat standar yang tinggi sehingga sulit diikuti Ls lainnya,” kata Rismansyah.
Menurut Rismansyah, rencana penerbitan Perpres ISPO tinggal menunggu waktu, dan ini merupakan perbaikan terhadap Pepres sebelumnya. Perpres ISPO mendatang, terbagi menjadi 5 skema; 3 skema seperti sekarang ini ditambah 2 skema; yakni skema rantai pasok dan hilir biodiesel.
“Ini bisa menjadi peluang baru bagi kita, namun juga bisa menjadi tantangan. Tantangannya adalah kita harus mulai menyiapkan para auditor untuk kesiapkan skema rantai pasok dan hilir biodiesel,” kata Rismansyah.
Rismansyah menjelaskan, SK Mentan yang sekarang berlaku otomatis akan mengalami perubahan. Sebab Perpresnya berubah.
“Kabarnya, dalam revisinya ada rencana untuk membuat konsep ISPO menjadi seperti di LSPR dan UHK yaitu survailen hanya sekali selama masa berlaku sertifikat.
“Jika ini terjadi, maka tentu peluang menjadi lebih sempit. Ini akan menjadi sebuah masalah. Sebab, dengan dengan sistem survalen setiap tahun ini masih saja ada yang produksinya 6 ton. Apalagi, jika survailen kemudian akan dilakukan di tahun ketiga,” katanya.
Menurut Rismansyah, tantangan yang akan dihadapi persaingan semakin tajam, yang awalnya 9 LS sekarang ada 26 LS yang sudah disahkan oleh KAN.
“Persaingan semakin ketat, sekarang banyak bermunculan LS baru, yang awalnya 9 LS sekarang ada 26 LS yang sudah disahkan oleh KAN. Tentu persaingan menjadi lebih tajam. Perlu disikapi dengan baik, integritas dan kekompakan tim,” pungkasnya.