Wamentan Sudaryono: Tanpa Cetak Sawah Kita Mau Makan Apa?

0
Petani menggunakan traktor roda dua untuk menggarap lahan yang akan ditanami padi kembali. (Foto: Humas Kementan)

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono, menyatakan bahwa program cetak sawah menjadi salah satu upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Pada kongres pertanian Indonesia yang diselenggarakan Ikatan Alumni IPB baru-baru ini, Sudaryono menyampaikan, program cetak sawah tersebut merupakan solusi nyata dalam menjaga ketahanan pangan nasional di tengah meningkatnya jumlah penduduk.

“Tanpa cetak sawah kita mau makan apa? Coba anda bayangkan penduduk kita tambah besar, yang makan tambah banyak, sementara sawah kita tambah sedikit,” kata Sudaryono dalama keterangan resminya diterima di Jakarta.

“Betul, intensifikasi sudah kita lakukan, tapi kita juga harus melakukan ekstensifikasi yaitu cetak sawah, tentunya itu juga untuk menjaga ketahanan pangan nasional,” sambung pria yang akrab disapa Mas Dar ini.

Selain cetak sawah, lanjut Mas Dar, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) juga tengah menggenjot program optimalisasi lahan rawa sebagai upaya untuk meningkatkan produksi beras nasional.

Hingga September 2024 ini, realisasi pada program tersebut telah mencapai 95 persen dari target penggarapan 40 ribu hektare lahan yang berlokasi di Kabupaten Merauke, Papua Selatan.

Sudaryono bilang mekanisme optimalisasi lahan rawa telah menggunakan mekanisasi pertanian seperti drone, traktor, combain harvester, dan penggunaan benih unggul hingga pendampingan pemerintah secara intens.

“Kalau ini berhasil kita sudah hitung Indonesia bisa surplus beras secara besar. Karena itu, cetak sawah harus kita lakukan karena suka tidak suka kita itu kehilangan sawah setiap tahun. Jadi, kalau orang bilang cetak sawah itu bukan solusi, maka saya katakan solusi selain cetak sawah itu apa? Kan tidak ada selain cetak sawah,” ujar dia.

Mas Dar mencatat, hingga kini Kementan telah berhasil menambah luas areal tanam hingga 1,3 juta hektare melalui program pompanisasi. Dia menyebut capaian tersebut merupakan kerja keras bersama, termasuk para petani seluruh Indonesia.

“Yang kita lakukan hanya menambah luas tanam yang berarti dari yang tadinya satu kali tanam bisa dua kali tanam. Begitu juga yang dua kali tanam bisa tiga kali tanam. Ini sudah berhasil karena pola kerja Kementan sekarang berbeda dengan dulu. Sekarang semua eselon 1, 2 dan seterusnya kantornya di lapangan,” kata dia.

Untuk itu, pemerintah telah mencanangkan dalam 5 tahun ke depan akan mencetak sawah baru seluas 3 juta hektare. Upaya tersebut penting dilakukan untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia.

“Dalam waktu dekat kita targetkan kita swasembada dan seterusnya adalah menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia,” katanya.

Ketua Ikatan Alumni Fakultas Pertanian IPB, Octen Suhadi, mendukung upaya Kementan dalam membangun pertanian melalui program cetak sawah 3 juta hektare yang akan dikerjakan tahun depan.

Menurut Octen, program tersebut merupakan program yang sangat tepat untuk memperkuat ketahanan pangan nasional.

“Kami dari ikatan keluarga alumni fakultas pertanian mendukung program cetak sawah 3 juta hektar yang dilakukan oleh Kementan. Kami berharap seluruh alumni IPB bisa berkontribusi secara nyata pada program tersebut,” ungkap Octen.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini