Amsterdam Declraration Partnership Ajak Tujuh Duta Besar Eropa Bertemu APKASINDO

0

 APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) diundang diskusi sawit bersama tujuh Duta Besar Eropa di Kebayoran Baru, Jakarta hari ini (02/6).

Pertemuan yang ditaja dengan suasana familiar ini, diinisiasi oleh Amsterdan Declaration Partnership (AMP) yang beranggotakan 9 negara Eropa, untuk mendiskusikan tentang sawit Indonesia dan dunia, terkhusus tentang keberlanjutan sawit oleh semua pihak terkait.

Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain dari pihak Duta Besar (Dubes) antara lain Dubes Denmark Lars Bo Larsen,

Dubes Norwegia Rut Kruger Giverin, Dubes Spanyol Francisco De Asis Aguilera, Dubes Jerman Ina Lepel, Dubes Uni Eropa Vincent Piket, serta perwakilan dari Dubes Belanda dan Dubes Belgia.

Sedangkan dari pihak Indonesia, hadir Deputi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Dr Musdalifah Mahmud, Kantor Kepala Staf Presiden Deputi III Bidang ekonomi Panutan Sulendrakusuma, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Joko Supriyono dan Lolita Bangun. Sedangkan dari  APKASINDO antara lain Dr. Ir. Gulat Manurung, MP, C.APO.,C.IMA, Dr cn Rino Afrino,ST.,MM serta Goldameir Mektania, B.Com, IDH The Sustainable Trade InitiativeFitrian Ardiansyah, dan Partnership For Indonesia Sustainable Agriculture, Insan Syafaat.

Dalam pertemuan yang dikoordinasi oleh Duta Besar (Dubes) Denmark Lars Bo Larsen selaku ketua AMP  meminta pandangan dan tanggapan semua pihak dalam industri hulu-hilir sawit Indonesia dan komitmen berkelanjutan.

Musdalifah Mahmud selaku Deputi Kemenko Perekonomian Bidang Pangan dan Pertanian menjabarkan komitment

pemerintah melalui penerbitan peraturan seritifikasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan, PSR dan program pengembangan Program Pengembangan Lanskap Berkelanjutan.

Ditekankan Musdalifah bahwa dari kesemua program, pemerintah harus

mempertimbangkan beberapa aspek sebagai tolak ukur keberhasilan, yakni sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Dari sudut pandang pebisnis, Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono menjelaskan komitmen usaha dari sektor bisnis. Sebagai pelaku, tentu anggota GAPKI mengikuti standard ISPO bahkan RSPO. Sebagai bagian dari industri dunia, GAPKI juga menggalakan kemitraan dengan petani sawit sebagai salah satu dominasi di sektor hulu.

Mengupas pandangan petani, Ketua Umum APKASINDO Dr. Ir. Gulat Manurung, MP., C.APO.,C.IMA menjabarkan arti keberlanjutan bagi petani sawit Indonesia.

Ditekankan bahwa petani sawit APKASINDO percaya 3 tiang utama dalamk Keberlanjutan adalah ekonomi, sosial dan lingkungan. “Ketiga aspek ini adalah kesatuan utuh dan tidak bisa dipisahkan dan kami ada sebagai penopang utamanya”, ujar Gulat.

Selama ini petani sawit pun telah memikirkan aspek keberlanjutan secara umum dalam praktek berkebun sehari -hari, dengan standarisasi pemerintah yang diikuti panduan dan benchmark yang jelas. “Agar ke depan nya petani sawit bisa setara dengan Korporasi, seperti yang diarahkan dan diharapkan oleh Ibu Musdalifah” ujar Gulat.

Kami Petani sawit saat ini sepakat tidak menambah luas lahan lagi, tapi dengan konsep intensifikasi (meningkatkan produktivitas kebun tanpa menambah luas). Dan program ini sangat didukung oleh BPDPKS (badan pengelola dana perkebunan kelapa sawit) melalui program PSR (peremajaan sawit rakyat). Dengan PSR ini kami sekaligus sudah masuk ke konsep ISPO karena semua persyaratan ISPO ada di dokumen PSR. BPDPKS juga sangat komit mendukung kami menuju keberlanjutan melalui peningkatan SDM Petani sawit.

Lebih lanjut Gulat menyatakan keinginan petani sawit Indonesia untuk berkomunikasi dengan petani lain di masing-masing negara yang hadir pada hari ini, guna menyelaraskan pengetahuan dan pandangan masing-masing mengenai keberlanjutan. Tentu ada plus minusnya masing-masing negara mengenai keberlanjutan ini dan kami ingin belajar dari sisi positif nya.

Menutup penjelasannya, Gulat pun mengundang para Dubes dan peserta pertemuan yang lain untuk mengunjungi petani sawit di Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, atau di Papua Barat. “Supaya bapak dan ibu sekalian bisa melihat lebih jelas, kebun kami dan hidup kami sebagai petani sawit yang sangat menjunjung ketiga konsep tersebut” ujarnya.

“Saya sangat mengapresiasi pertemuan ini untuk saling terbuka, saling membutuhkan dan memandang sawit itu sebagai tanaman yang sangat produktif dalam menopang dan menyediakan sumber energi selain untuk pangan” tutup Gulat.

Menjelang akhir pertemuan, para Dubes memberikan respon positif dan keinginan lebih lanjut untuk benar-benar terjun dan mengunjungi kebun sawit rakyat untuk melihat secara dekat.

Perwakilan Dubes Belanda Joost Hendrik van Uum mengatakan bahwa dengan paparan langsung dari petani sawit dalam pertemuan ini, semakin disadari pentingnya sawit bagi kehidupan petani sawit, “Petani sawit dengan keragaman nya itu berbeda dan bagian penting dari sawit Indonesia yang harus kita dukung dengan cara yang berbeda”

Sementera Dubes Norwegia mengatakan bahwa pertemuan dan informasi ini membuka mata. “Ini jauh lebih insightful daripada hanya membaca laporan di meja kerja masing-masing” ujarnya dengan senyuman hangat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini