Bapanas Dorong Peningkatan Produktivitas Petani Tebu dan Rendemen Pabrik Gula

0
harga gula di tangan

Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) mendorong upaya percepatan swasembada gula untuk mengembalikan kejayaan gula nusantara.

Hal ini dikemukakan Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi dalam Seminar Nasional Strategi Peningkatan Ketersediaan Pasokan, Stabilisasi Harga, dan Pencapaian Swasembada Gula Tebu di Indonesia yang diselenggarakan secara hybird di kantor Bapanas, Rabu (24/7).

Arief menjelaskan bahwa salah satu strategi utama adalah meningkatkan produktivitas tanaman tebu dan rendemen gula. Selain ekstensifikasi 700.000 hektare sesuai instruksi Presiden Joko Widodo dalam Perpres 40/2023, intensifikasi juga menjadi fokus utama. Ini mencakup bongkar ratoon, penyediaan benih unggul, pupuk, alsintan, dan revitalisasi pabrik-pabrik gula.

Untuk itu, di samping ekstensifikasi 700.000 hektare sebagaimana instruksi Presiden Joko Widodo dalam Perpres 40/2023, dilakukan pula upaya-upaya intensifikasi antara lain melalui bongkar ratoon, penyediaan benih unggul, penyediaan pupuk dan alsintan, serta revitalisasi pabrik-pabrik gula.

Arief menekankan pentingnya rendemen di atas 8 persen untuk efisiensi. Bapanas akan bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menemukan varietas tebu unggul sesuai dengan wilayah.

“Selama rendemen kita masih di bawah 8 persen memang tidak efisien. Jadi, nanti ke depan kita mau minta tolong sama ahlinya, yaitu BRIN,” kata Arief.

“Tolong dicarikan benih/bibit varietas yang baik disesuaikan dengan wilayahnya, harus muncul varietas-varietas baru sehingga nanti tebu yang dihasilkan itu seperti yang memang kita citakan bersama-sama,” sambung Arief.

Teknis lapangan seperti pupuk, bongkar ratoon, dan penyiapan lahan serta perbaikan pabrik gula juga menjadi prioritas.

“Jadi mungkin urut-urutannya kalau kita lihat ya satu harga di tingkat petani, kedua bibit/benih, ketiga pupuk, keempat lahan mana yang akan disecure, kemudian perbaikan dari pabrik-pabrik gula kita, kemudian berikutnya lagi bagaimana kita harus punya stok untuk Cadangan Pangan Pemerintah (CPP),” tambah dia.

Intensifikasi melalui kegiatan bongkar ratoon dan penggunaan bibit unggul akan dapat meningkatkan produktivitas tanaman tebu sehingga bisa mencapai target 93 ton per hektare.

Tentunya ini harus diikuti dengan upaya penyediaan pupuk, pengairan yang baik, dan alsintan yang memadai yang dapat mendukung upaya-upaya peningkatan produktivitas.

Sementara itu, pembangunan closed loop industri gula nasional terus dilakukan bersama BUMN Pangan dan asosiasi pelaku usaha guna mewujudkan ekosistem pangan nasional yang kuat dan berkelanjutan.

Arief juga berpesan agar petani tetap semangat dan terus menanam selagi pemerintah memastikan harga yang baik bagi petani, pelaku usaha, dan masyarakat. Arief juga terus mendorong para pelaku usaha untuk membeli gula petani dengan harga yang wajar.

“Harga gula konsumsi di tingkat produsen saya himbau sekali lagi, minimal Rp 14.500/kg supaya petaninya senang dan bisa tetap menanam. Kemudian harga di hilirnya Rp 17.500/kg, di wilayah 3T sekitar Rp 18.500/kg, dan ini kita jaga bersama-sama,”  tutup Arief.

Di kesempatan yang sama Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN)/Sugar Co Mahmudi mengungkapkan pihaknya bersama Kemenko Perekonomian tengah melakukan pengkajian model pembiayaan untuk membantu petani tebu mendapatkan modal yang terjangkau.

Model pembiayaan khusus ini nantinya diharapkan akan dapat mempermudah petani untuk mendapatkan modal dengan bunga yang rendah yang akan diikuti dengan penyiapan 200 personil pendamping petani agar kegiatan di pangan bisa berjalan efektif dan efisien.

“Jadi nanti di samping penerapan model pembiayaan khusus, ke depan kami siapkan hingga 200 personil SGN untuk turun ke lapangan membantu dan mendampingi petani, sehingga bisa lebih efektif dan efisien,” ungkap Mahmudi.

Sementara Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTRI) Soemitro Samadikoen yang hadir secara luring menjelaskan bahwa rendemen yang tinggi akan dapat menekan biaya produksi dan penurunan harga di konsumen.

Menurut dia dengan rendemen mencapai 10 persen petani bisa menghasilkan 5 juta ton per tahun yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi dalam negeri 3 juta ton per tahun.

“Ini dari simulasi yang kita buat, tidak harus sampai 12, dengan rendemen 10 persen saja bisa memenuhi kebutuhan gula nasional dan menekan harga pokok produksi. Inilah salah satu upaya konkrit untuk meningkatkan kesejahteraan petani gula rakyat,” jelas Soemitro.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini