Bos Bapanas Ungkap Penyebab Pangan Dalam Negeri Naik Turun

0
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi saat meninjau Modern Rice Milling Plant (MRMP) Bulog di Karawang, Jawa Barat, Minggu (28/4).

 

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi membeberkan penyebab harga pangan naik turun di Indonesia. Di antaranya karena tidak adanya prasarana rantai dingin (cold chain)

Hal ini disampaikan Arief pada seminar ‘Peran Teknologi dan Perusahaan Start-up Pada Keandalan Logistik Pangan’ yang digelar oleh Perkumpulan Pelaku Logistik Indonesia (PPLI) di Jakarta, Kamis (9/5).

“Salah satunya karena kita tidak punya alat untuk memperpanjang shelf life, ini yang banyak belum diketahui. Itu ada Apel Fuji dari China bagian utara, walaupun di sana sedang winter, tapi masih bisa terus kirim. Itu karena mereka bisa mengatur tidak hanya suhunya saja. Ada namanya control atmosfer storage,” ujar Arief.

Menurut Arief, aspek perpanjangan shelf life atau kerap disebut masa simpan pangan merupakan faktor penting dalam menunjang distribusi logistik pangan yang menjangkau seluruh daerah.

“Dalam beberapa kesempatan, saya selalu sampaikan kepada Bapak Presiden Joko Widodo bahwa cold chain ini sangat penting. Di luar negeri sudah mulai sejak lama. Kalau kita baru mulai, tidak mengapa. Kita sudah memulai tapi cepat, karena Indonesia ini tidak seperti negara lain, kita ini negara kepulauan,” ujar dia.

Untuk itu, lanjut Arief, sejak 2022 Bapanas dalam mendukung penguatan cadangan pangan telah menyalurkan total 30 sarana prasarana cold chain di 12 provinsi sentra produsen pangan strategis.

Jenis alatnya antara lain cold storage dengan kapasitas hingga 12 ton, air blast freezer kapasitas hingga 3 ton, heat pump dryer kapasitas 200 kilogram per batch, dan refeer container kapasitas hingga 20 ton.

“Tahun ini saya mau selesaikan totalnya sampai 40 alat cold chain. Saya akan pastikan ada di sentra-sentra produksi beberapa kabupaten kota. Ini karena ketahanan pangan yang benar adalah ketahanan pangan yang mendahulukan kemandirian pangan. Cara menjaganya, salah satunya adalah dengan punya alat untuk memperpanjang shelf life dan disimpan tanpa mengurangi kualitas pangan,” kata Arief.

Arief juga menyebutkan, tantangan pangan global saat ini cukup mengkhawatirkan. Sebab, jumlah penduduk terus naik, lahan makin sempit, harga makin mahal, dan geo politik yang tidak bisa prediksi.

Sisi lain, lanjut Arief, problem pangan dalam negeri setelah produksi naik, melimpah, haranya justru jatuh. Sehingga, petaninya enggan menanam kembali, begitu juga dengan peternak.

“Kita tidak ingin begitu. Jadi tugas kita semua, termasuk Badan Pangan Nasional bersama BUMN, mempersiapkan pada saat produksi meninggi berperan sebagai offtaker,” imbuh Arief.

Salah satu penerima bantuan sarpras cold chain yang turut hadir di kegiatan hari ini, Zainal dari Aulia Madinah Broiler Lampung, menuturkan adanya peningkatkan yang signifikan dan positif sejak menggunakan air blast freezer.

“Kalau untuk di tempat kita karena memang kita produksi ayam frozen memang alat itu benar-benar dipakai, karena kalau untuk produksi ayam memang setiap hari. Dampak positifnya ternyata listrik itu memang bisa lebih hemat karena dengan kapasitas yang besar, bisa langsung untuk membekukan sekaligus 2 sampai 3 ton,” ucap dia.

“Peningkatan dari sisi produksi juga turut terbantu, yang sebelumnya mungkin karena kita masih UMKM masih 2 truk dalam satu hari. Setelah mendapatkan bantuan ini, bisa 4 sampai 5 truk dalam satu hari,” pungkas Zainal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini