Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) mengakui, petani perempuan kelapa sawit memiliki peran strategis dalam Pembangunan Pedesaan dan Keberlanjutan.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Jenderal CPOPC Dr. Rizal Affandi Lukman dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat, 14/10/22.
Menurutnya, peran perempuan sangat signifikan dalam pembangunan pedesaan dan keberlanjutan. Apalagi, menurut data dari Badan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB, sektor pertanian yang dijalankan oleh para petani telah menopang kehidupan 2,5 milyar orang di seluruh dunia.
“Dan perempuan menjadi kelompok tersebut mengisi 40 persen tenaga kerja khusus di sektor pertanian di negara berkembang. Tetapi perempuan yang memiliki hak atas tanah kurang dari 20 persen sementara mereka bekerja 12-13 jam lebih setiap minggu dari laki-laki,” kata Rizal.
Rizal menambahkan, dalam menyambut Hari Perempuan Pedesaan Sedunia pada 15 Oktober, CPOPC merilis kegiatan kampanye dijital yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran petani perempuan kelapa sawit dalam pembangunan di pedesaan dan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
“Kampanye dijital berupa produksi video untuk konten media sosial mengenai kiprah petani
perempuan kelapa sawit di Indonesia, Malaysia, Kolombia, Ghana, Honduras, dan Papua New Guinea,” kata Rizal.
Menurut Rizal, dua belas video yang telah selesai produksinya dan diunduh di saluran YouTube CPOPC mengisahkan bagaimana komoditas unggulan kelapa sawit memberikan para petani perempuan penguatan kapasitas, pemberdayaan di tingkat keluarga dan komunitas, bahkan mendapatkan hak milik atas lahan perkebunan.
Sekretariat CPOPC, lanjut Rizal, bekerja sama dengan beberapa perwakilan pemangku kepentingan sektor sawit di negara anggota tetap (Indonesia dan Malaysia) dan negara pengamat/observer countries (Ghana, Honduras, Kolombia, dan Papua New Guinea) diantaranya Forum Petani Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (FORTASBI), FEDEPALMA – Colombia, Solidaridad – West Africa, dan New Britain Palm Oil Limited (NBPOL) – PNG baik dalam produksi maupun diseminasi konten tersebut.
Rizalmenyatakan, “Gerakan dijital ini merupakan upaya CPOPC dalam menjalankan amanat salah satu tugas CPOPC sesuai piagam pendirian yaitu meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit,”.
Petani, tambahnya, adalah salah satu mata rantai pemasok utama industri kelapa sawit dimanapun dan siapapun negara pengekspor sawit.
“Oleh karena itu, CPOPC menyampaikan pandangan mereka melalui platform media sosial, sebagai media mainstream dunia, kepada para pengambil kebijakan perdagangan dan kelompok konsumen agar lebih berimbang melihat sawit dari berbagai sisi keberlanjutan yang diantaranya sudut pandang petani,” tambahnya.
Kampanye dijital berupa produksi video untuk konten media sosial mengenai kiprah sejumlah petani perempuan kelapa sawit yaitu Nurhayati (Indonesia), Indai Patrck (Malaysia), Fanny Germania Ortiz (Kolombia), Ruth Sackey (Ghana), Elizabeth Rodriguez Gollardo (Honduras), dan Mamel Tamia Milang (Papua New Guinea). Masing-masing narasumber tampil dalam video berdurasi sekitar dua dan lima menit.
“Ke-12 video yang telah selesai produksinya dan diunduh di saluran YouTube CPOPC,” jelasnya.
Ia menjelaskan, masing-masing perwakilan petani perempuan mengisahkan bagaimana komoditas pertanian seperti kelapa sawit menjadi jalan bagi mereka dalam berkontribusi melalui penguatan kapasitas, pemberdayaan di tingkat keluarga dan komunitas, bahkan mendapatkan hak milik atas lahan perkebunan.
“Selain konten video, produk lainnya dari gerakan dijital ini adalah infografis yang memuat data-data penting terkait petani perempuan dan industri kelapa sawit di masing-masing negara angota dan pengamat CPOPC,” pungkasnya.