Hari Kopi Nasional: Komoditas Kopi Sangat Prospektif

0

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menyatakan, komoditas kopi memiliki prospek positif seiring adanya kenaikan konsumsi global. Hanya saja, Indonesia mengalami kendala dari sisi produktivitas yang masih kalah dari negara-negara produsen kopi.

Hal tersebut disampaikan SYL dalam Perayaan Hari Kopi Nasional di Gedung Kementan Jakarta, Rabu (11/3).

Menurut SYL, dari data International Coffee Organization (ICO), produksi kopi dunia sepanjang tahun 2019 mencapai 10,4 juta ton sedangkan konsumsi tembus hingga 10,16 juta ton. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi tersebut mengalami penurunan 0,8 persen sedangkan konsumsi justru meningkat 0,7 persen.

“Artinya, kecenderungan pertumbuhan konsumsi lebih tinggi dibanding pertumbuhan produksi kopi,” kata SYL.

SYL melanjutkan, produksi kopi dunia itu antara lain ditopang oleh Brasil sebagai produsen terbesar sekitar 3,56 juta ton (34,2 persen) dari pangsa pasar. Selanjutnya diikuti oleh Vietnam 1,62 juta ton (15,5 persen) dan Indonesia sebesar 722,4 ribu ton (6,94 persen). Sisanya dipasok oleh Kolumbia, Amerika Selatan, dan negara-negara Asia.

Meski menempati posisi ketiga, persoalan produktivitas masih menjadi tantangan. Dari data terakhir Kementan tahun 2018 menunjukkan, produktivitas kopi Indonesia hanya 0,78 ton per hektare. Produksi itu dihasilkan dari area lahan seluas 1,24 juta hektare.

Lebih rinci, terdiri dari kopi robusta dengan luas area 895,9 ribu hektare (ha) dengan produksi 527,8 ribu ton serta kopi arabika seluas 345,6 ribu ha dengan produksi 194,6 ribu ton. Produksi tersebut mayoritas atau sebanyak 96 persen dihasilkan oleh perkebunan rakyat dan 4 persen sisanya oleh kemitraan perusahaan dan petani plasma.

SYL menambahkan, dari capaian tersebut, Indonesia tetap masih kalah saing dari Brasil yang mencapai 1,9 ton, Vietnam 2,6 ton per hektare, serta Kolombia 0,92 ton per hektare. Data itu menunjukkan bahwa Indonesia masih harus meningkatkan produkvitias untuk bisa memenuhi tingginya permintaan pasar.

“Bagi Indonesia, kopi adalah salah satu komoditas unggulan perkebunan sebagai sumber devisa negara sekaligus penyedia lapangan kerja dan penyedia bahan baku industri,” tuturnya.

Kendati masih mengalami kendala dari sisi produktivitas, performa usaha kopi dalam ekspor masih cukup baik. Tahun 2019 lalu, kata dia, ekspor kopi mencapai 395 ribu ton atau naik 28,25 persen dari tahun sebelumnya. Mayoritas kopi di ekspor ke Amerika Serikat, Malaysia, dan Jepang. Adapun ekspor kopi didominasi dalam bentuk green bean baik untuk jenis robusta maupun arabika.

Perlu diketahui, lahirnya Hari kopi nasional dilatarbelakangi oleh deklarasi yang telah dilakukan sejumlah organisasi kopi dan tokoh-tokoh perkopian Indonesia pada peringatan Hari Perkebunan, 9 Desember 2017 di Yogyakarta.

Di pasar global, perdagangan komoditas kopi dibagi beberapa tipe produk; mulai dari biji kopi murni hingga olahan dan mixed coffee. Selain itu terdapat, kopi jenis roasted (sudah disangrai) dan sudah diolah (ground), tidak mengandung kafein (decaffeinated) serta masih mengandung kafein (not decaffeinated).

Permintaan ekspor kopi Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal ini ditandai dengan semakin dikenalnya kopi-kopi yang memiliki cita rasa khas di Indonesia sesuai kondisi agroekosistemnya, ditambah semakin menjamurnya usaha café kopi yang dibumbui sajian entertainment (music dan tv) khas anak muda dimana menawarkan berbagai jenis kopi menurut indikasi geografis daerah masing-masing sehingga memunculkan selera yang berbeda. Saat ini kopi bukan hanya untuk kebutuhan konsumsi semata tetapi sudah menjadi gaya hidup.

Kopi Indonesia dengan sertifikat Indikasi Geografis (IG) mencapai 31 IG kopi dengan 17 IG kopi arabika, 12 IG kopi robusta dan 2 IG kopi liberika. Dari jumlah tersebut kopi arabika specialty lebih banyak diminati dan dikonsumsi dibandingkan jenis kopi lain. Kopi arabika memiliki kualitas yang lebih baik, bercita rasa tinggi, harga yang lebih mahal dibandingkan dengan kopi robusta. Jenis-jenis kopi specialty maupun kopi IG perlu terus didukung dan dikembangkan termasuk jenis kopi yang dibudidayakan secara organik, dipromosikan secara lebih intensif/masif sehingga Indonesia menjadi terkenal sebagai surganya kopi specialty yang mendapat harga premium di pasar dunia.

Menurut SYL, kualitas kopi Indonesia sudah diakui dunia Internasional, hal ini dapat dilihat dari beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh kopi yang diproduksi oleh Indonesia.

“Tahun lalu, 23 kopi Indonesia menerima penghargaan pada ajang Agency for the Valorization of the Agricultural Products (AVPA) DI Perancis,” jelasnya.

Selain itu, lanjut SYL, saat kunjungan kerja ke Berlin, Jerman, kopi Indonesia sangat dihargai disana, disalah satu toko kopi terkemuka di Berlin, dimana memiliki nilai dan harga yang sangat tinggi yaitu kopi Blawan yang berasal dari dataran tinggi Ijen, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur dimana untuk setiap kilogram dihargai € 29,20 atau bila dirupiahkan sekitar Rp 450 ribu. Hal ini yang saya pesankan kepada para pelaku usaha dan petani kopi, mari kita angkat citra kopi Indonesia agar dapat bersaing dengan kopi-kopi dari negara lain.

Adapun strategi yang akan ditempuh Ditjen. Perkebunan kedepan terkait pengembangan kopi khususnya dalam rangka orientasi ekspor antara lain:
Pertama, mendorong peningkatan ekspor baik dari sisi volume maupun nilainya, melalui Gerakan Tiga Kali Lipat ekspor (Gratieks).

Kedua, menetapkan program Komando Strategi Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) guna merevitalisasi peran penyuluh dan pendamping sebagai ujung tombak dan motor pembangunan pertanian.

Dan kertiga, peningkatan produktivitas kopi nasional melalui perbaikan tanaman (peremajaan) dengan penyediaan bahan tanam kopi/ benih yang unggul dan penerapan GAP. Benih unggul ini kita programkan selama 5 tahun untuk memperkuat Logistik Benih.

“Selain itu perlu adanya diversifikasi dan integrasi dengan tanaman lain. Pengembangan kopi ini harus berbasis Kawasan sebagaimana amanat Kepmentan nomor 472 tahun 2018 tentang Lokasi Kawasan Pertanian Nasional dimana Kawasan kopi nasional berada di 16 provinsi, 61 kabupaten,” pungkas SYL.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini