Industri hilir membutuhkan kepastian pasokan bahan baku CPO/CPKO berkualitas dalam kuantitas yang memadai.
Hal tersebut disampaikan Direktur Industri Hasil Laut dan Perkebunan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Setiadi Diarta dalam sambutannya mewakili Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika pada acara ‘2nd Technology and Talent Palm Oil Mill Indonesian (2nd TPOMI 2024) yang diselenggarakan Media Perkebunan dan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) di Bandung, Kamis (18/7/2024.
Menurut Setiadi, acara ini sangat strategis untuk keberlanjutan hilirisasi industri kelapa sawit nasional karena bagaimanapun juga industri hilir.
“Keberlanjutan hilirisasi industri kelapa sawit nasional membutuhkan kepastian pasokan bahan baku CPO/CPKO berkualitas dalam kuantitas yang memadai,” katanya.
Dia menambahkan, pihaknya mengapresiasi terselenggaranya acara Conference and Exhibition ini.
Setiadi menambahkan, peningkatan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas produksi teknologi CPO menjadi sebuah keniscayaan dengan keterlibatan teknologi tinggi, tepat guna, dan adaptif terhadap kebutuhan industri.
Ketua Bidang Pabrik Kelapa Sawit P3PI Posma Sinurat mengatakan, 2nd TPOMI 2024 merupakan acara pameran dan konferensi yang kedua kalinya ini menghadirkan inovasi terbaru teknologi dan talent untuk kelapa sawit.
“Tema kita pada kesempatan kali ini adalah ‘Updating Technology and Talent Palm Oil Mill’ dan tentunya sangat relevan sekali dengan tantangan dan konflik yang kita hadapi dalam industri sawit pada saat ini,” ujar Posma.
Posma mengatakan, ada dua hal penting yang menjadi target dalam acara update technology dan talent di 2nd TPOMI 2024 ini, yakni penggunaan terhadap teknologi terbaru dan keselarasan terhadap sumber daya manusia atau talent di pabrik.
“Di ajang 2nd TPOMI ini kita akan melihat dan mendengar berbagai macam pembaruan, kemudian mengetahui cara peningkatan rendemen secara teknologi, secara manajemen dan pengelolaan hingga persoalan SDM spesifik untuk hal itu,” ujar Posma.
Ketua Forum Pengembangan Perkebunan Strategis Berkelanjutan (Fp2SB) Achmad Mangga Barani menambahkan, perkembangan teknologi dari hampir semua sektor termasuk sektor pertanian khususnya sub sector perkebunan sangat cepat.
“Kelapa sawit yang merupakan tanaman yang memberikan berkah kepada masyarakat Indonesia atau “emas hijau” memerlukan perjalanan yang panjang hingga tercapai pada kondisi saat ini yang merupakan penghasil nomor satu di dunia. Untuk itu kita harus bersyukur,” kata Mangga Barani dalam sambutannya.
Dia menambahkan, seiring dengan perkembangan sector hulu, pabrik kelapa sawit telah berkembang dengan pesat, terutama dengan berkembangnya digitalisasi dan Artificial Intelligence (AI), atau bahasa sederhananya Kecerdasan Buatan yang didukung ilmu komputer maka pabrik kelapa sawit di dunia pun berkembang dengan menghasilkan produks yang lebih bernilai dan tentu saja lebih efisien.
“Perkembangan teknologi pabrik kelapa sawit di Indonesia pun tidak boleh stagnan namun harus mengikuti kondisi saat ini. Terkait dengan perkembangan teknologi yang makin maju maka acara ini bertujuan untuk mendiskusikan dan mengenalkan teknologi praktis yang telah dikembangkan oleh praktisi di dalam negeri maupun diluar negeri,” katanya.
Sebenarnya, lanjut Mangga Barani, pembahasan komoditi kelapa sawit di hulu sudah banyak dan relative mudah dimengerti,.
“Namum pabrik pengolahaan sawit relative lebih sedikit di bahas, padahal factor yang berpangaruh terhadap out put pabrik kelapa sawit sangat perlu diketahui untuk menghasilkan produks yang efisien, low cost dan sesuai standar teknis,” lanjutnya.
Menurutnya, teknologi pabrik kelapa sawit yang baik tentu yang efisen dan meminimalkan dalam prosesing lost, dapat meminimalkan kehilangan minyak.
“Kedepannya, industri sawit akan makin efisien dan meminimalisir kehilangan minyak,” pungkasnya.