Integrasi Sawit dan Padi Gogo Masih Perlu Sosialisasi Bagi Pekebun

0
Kebun yang telah melakukan peremajaan sawit. (Foto: Ist)

Kolom

M Yunus,
Ketua DPW APKASINDO Sumatera Selatan

 

Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Perkebunan dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan terus mengupayakan integrasi antara sawit dan padi gogo. Integrasi diharapkan bisa mendukung ketahanan pangan, walau tak semudah membalikan tangan.

Harus diakui, integrasi padi gogo di lahan perkebunan prosesnya tidaklah semudah membalikkan telapak tangan lantaran ada berbagai kendala. Salah satu kendala utama adalah keterbatasan lahan perkebunan yang dapat ditanami padi gogo karena pencahayaan yang tidak optimal.

Selain itu, tajuk pohon sawit yang melebar dan menutupi sinar matahari sehingga tanaman padi gogo pun tidak mendapatkan cahaya yang cukup untuk bertumbuh. Selanjutnya, masa tanam padi gogo di lahan perkebunan pun bergantung pada musim hujan sehingga jadwal tanam menjadi perhatian utama.

Kemudian, tingginya biaya pengolahan dan karakteristik pengelolaan budi daya perkebunan berbeda dengan pengelolaan budi daya padi gogo yang membutuhkan pengelolaan intensif. Petani sawit belum terbiasa dengan pola tersebut.

Berdasarkan karakteristik pertanaman padi, padi gogo yang sangat dipengaruhi oleh pencahayaan dan ketersediaan air, potensi lahan perkebunan yang bisa dimanfaatkan adalah pada lahan pembukaan atau lahan peremajaan sehingga cocok untuk sawit.

Memang, sejatinya integrasi tumpang sari tersebut juga diharapkan agar pemanfaatan lahan-lahan secara teknis bisa dikembangkan untuk tanaman pangan. Strategi tersebut diwujudkan melalui pemberian bantuan benih unggul yang dapat dikembangkan khusus di lahan-lahan perkebunan seperti lahan kelapa sawit.

Hingga saat ini minat pekebun untuk mengikuti program integrasi sawit padi gogo belum mengembirakan.

Memang, integrasi sawit padi gogo memiliki potensi yang besar. Seperti disampaikan Rektor IPB University, Prof Arif Satria. Menurutnya, potensi intercropping padi gogo di lahan peremajaan sawit rakyat ini mampu mendukung swasembada beras. Dengan total lahan sawit sekitar 17 juta hektare dan 4 persen di antaranya untuk replanting, terdapat potensi pemanfaatan sekitar 470 ribu hektare lahan yang dapat menghasilkan tambahan 1,1 juta ton beras, ucapnya saat Seminar Nasional Padi Gogo di Sentul Lake Resort and Conference Center, Bogor baru-baru ini.

Prof Arif menyebut, potensi ini menjadi langkah penting dalam mencapai kemandirian pangan. Hal ini sudah di uji coba akan dilakukan di Siak (Riau) pada 20 hektare lahan peremajaan sawit. Jika berhasil, kebijakan untuk mewajibkan perusahaan sawit menanam padi gogo dapat diterapkan.

Selain Arif Staf Khusus Menteri Pertanian Bidang Kebijakan Pertanian, Dr Sam Herodian pun optimis program ini akan berhasil. Ia menuturkan bahwa salah satu program utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada beras, mengingat beras bukan hanya kebutuhan konsumsi, tetapi juga komoditas strategis bagi ketahanan pangan nasional.

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini