Wabah Septicaemia Epizootica Merebak, 189 Ekor Sapi Mati di Bengkulu

0
Petugas dari jajaran Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan vaksinasi kepada sapi guna mengendalikan penyakit septicaemia epizootica (SE) di Bengkulu. (Foto: Ist)

Kasus penyakit Septicaemia Epizootica (SE) alias penyakit sapi ngorok terdeteksi di Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Kaur.

Ini setelah Balai Veteriner Lampung Kementerian Pertanian (Kementan) mengonfirmasi hasil positif SE dari sampel yang dikirim Dinas Pertanian Bengkulu Selatan pada 24 September 2024.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Pasteurella multocida ini menyerang saluran pernapasan ternak dan dapat menyebabkan tingkat kesakitan serta kematian yang cukup tinggi.

Berdasarkan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (i-SIKHNAS), per 22 Oktober 2024, telah dilaporkan 845 ekor ternak yang terjangkit SE, dengan 189 ekor di antaranya dilaporkan mati.

Dalam keterangan resmi Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementan menyebutkan, populasi ternak sapi yang berpotensi terancam mencapai 32.955 ekor.

Namun, upaya pencegahan dan pengendalian terus digalakkan oleh pemerintah dalam hal ini Kementan, dengan vaksinasi sebagai salah satu langkah paling efektif.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda menjelaskan, Kementan telah mengirimkan bantuan berupa 3.000 dosis vaksin SE, serta obat-obatan, vitamin, dan disinfektan pada 9 Oktober 2024.

Langkah ini dilakukan sebagai upaya proaktif untuk membantu pemerintah daerah mengendalikan penyebaran penyakit.

“Kami telah mengirimkan semua kebutuhan vaksin, disinfektan, dan obat-obatan yang diperlukan. Selain itu, tim investigasi juga telah kami turunkan untuk mendukung upaya penyidikan langsung di lapangan,” ujar Agung.

Lebih lanjut, Agung menekankan pentingnya pengawasan lalu lintas hewan serta produk hewan di tingkat daerah, sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian. Hal ini, menurutnya, menjadi langkah krusial dalam mencegah potensi penyebaran penyakit lebih lanjut.

“Pencegahan selalu lebih efektif dan efisien daripada penanganan setelah wabah terjadi. Dengan pengawasan yang ketat, kita dapat meminimalisir risiko,” tambahnya.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Bengkulu juga bergerak cepat dengan mengimbau para peternak untuk menjaga biosekuriti, termasuk mengandangkan ternak, memisahkan ternak yang sakit, dan menjaga kebersihan lingkungan peternakan melalui pembersihan serta desinfeksi kandang secara berkala.

Dengan langkah kolaboratif ini, diharapkan wabah SE dapat segera terkendali, dan sektor peternakan di Provinsi Bengkulu dapat kembali berjalan normal.

Keberhasilan penanganan ini juga diharapkan mampu mendukung kesejahteraan peternak dan menjaga stabilitas populasi ternak di daerah tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini