China Minta Jaminan Pasokan CPO dari Indonesia

0
Pekerja menunjukkan brondolan sawit dengan kedua tangannya. Dok: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan), Sudaryono mengungkapkan, Pemerintah China meminta jaminan pasokan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dari Indonesia, seiring meningkatnya kebutuhan energi dan industri di negeri Tirai Bambu.

Permintaan tersebut disampaikan langsung oleh Wakil Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan Republik Rakyat Tiongkok (RRC), Maierdan Mugaiti, saat melakukan kunjungan ke Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Jakarta Selatan, Selasa (30/9).

Wamentan Sudaryono mengatakan, CPO merupakan salah satu komoditas utama Indonesia yang diekspor ke China. Selain itu, Indonesia juga mengekspor karet alami (natural rubber) dan sarang burung walet ke negara tersebut.

Berdasarkan catatan pemerintah, neraca perdagangan sektor pertanian antara Indonesia dan China mencapai nilai 7,7 miliar dolar AS (setara sekitar Rp 130,4 triliun dengan kurs Rp 16.654 per dolar), dengan surplus sebesar 1,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 28,3 triliun bagi Indonesia.

“Nah, dari trade ini China sangat berkepentingan terhadap natural rubber dan palm oil atau CPO kita karena mereka punya kebutuhan yang besar,” kata Wamentan Sudaryono.

Ia mengatakan, saat ini pemerintah tengah berupaya meningkatkan produktivitas sawit nasional. Tujuan, memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus memenuhi permintaan dari negara lain yang terus meningkat, khususnya dari China.

“Kami sampaikan bahwa ya tentu saja Republik kita atau negara kita, khusus untuk sawit misalnya, kita sedang berusaha meningkatkan champion kita ini, meningkatkan produktivitas yang namanya champion kita, salah satunya adalah sawit,” katanya.

Hingga saat ini belum ada komoditas lain yang mampu menggantikan fungsi minyak sawit. Minyak lain seperti minyak canola atau minyak bunga matahari belum bisa menyaingi efisiensi dan ekonomi CPO.

Keunggulan sawit juga terletak pada fakta bahwa tanaman ini tidak bisa tumbuh di semua negara. Karena itu, pemerintah berfokus pada peningkatan produktivitas lahan sawit yang sudah ada, termasuk dengan mencari bibit unggul, penggunaan pupuk yang tepat, serta perawatan yang optimal.

Dengan langkah ini, selain meningkatkan volume ekspor, sebagian hasil produksi sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar biofuel.

“Ya kan, Presiden sudah menargetkan B50. Jadi, kita ingin pelan-pelan bagaimana sustainable energy kita itu bisa kita dapatkan dari sumber daya agro yang kita punya, salah satunya adalah sawit,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini