Panen raya yang mulai berlangsung di Provinsi Bali tidak hanya akan meningkatkan pasokan beras nasional, tetapi juga jerami untuk pakan ternak.
Menurut data yang dirilis oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, selama periode Januari – Februari 2024, luas panen mencapai 15,2 ribu hektare tersebar di sembilan wilayah Kabupaten dan Kota Madya di Provinsi Bali.
Lantas, pada Maret 2024, diproyeksikan luas potensi panen akan mencapai 12,2 ribu hektare, terutama di Kabupaten Badung, Tabanan, Gianyar, dan Buleleng.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah mengatakan, dari total luas panen yang ada di Bali ini, diharapkan dapat meningkatkan stok pakan ternak untuk mendukung usaha peternakan.
“Ini adalah kesempatan baik bagi peternak untuk memanfaatkan hasil samping dari panen raya sebagai sumber pakan yang berlimpah. Kami mendorong para peternak untuk memanfaatkan potensi ini untuk mendukung pertumbuhan dan keberlangsungan peternakan mereka,” kata Nasrullah, dikutip dari keterangan resminya, Jakarta, Rabu (28/2).
Direktur Pakan Direktorat Jenderal Peteranakan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), Nur Saptahidhayat menambahkan, potensi jerami padi dari panen raya hingga Maret mencapai 42 ribu ton.
Melimpahnya jerami menawarkan peluang untuk diolah melalui fermentasi menjadi silase, solusi penyediaan pakan yang dapat disimpan dalam waktu lama.
“Produksi dedak padi juga merupakan salah satu aspek penting dalam siklus panen raya yang perlu diperhatikan. Dengan potensi produksi yang mencapai 16 ribu ton hingga panen raya Maret, dedak padi bukanlah sekadar produk sampingan, tetapi merupakan sumber pakan yang berharga bagi industri peternakan,” kata Sapto.
Sebagai informasi, dalam industri peternakan, dedak padi memiliki peran penting sebagai sumber pakan yang ekonomis dan berkualitas. Kandungan nutrisi, termasuk serat, protein, dan energi, membuatnya menjadi pilihan bagi peternak dalam memenuhi kebutuhan nutrisi ternak.
“Kami yakin bahwa dengan memperhatikan potensi jerami padi dan dedak ini, kita dapat menciptakan rantai nilai yang lebih berkelanjutan bagi industri pertanian dan peternakan,” imbuh Sapto.