Petani Hebat, Sawit Kuat: BPDP dan Ditjenbun Tingkatkan Produktivitas Lewat Pelatihan Panen dan Pasca Panen di Paser

0

 

Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), Kementerian Keuangan bersama Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) dan Kementerian Pertanian, berkolaborasi dengan PT. Citra Widya Education (CWE), secara resmi membuka ‘Pelatihan Teknis Panen dan Pasca Panen’ bagi para pekebun sawit di Kabupaten Paser. Kegiatan yang berlangsung pada 11–15 Agustus 2025 ini diikuti oleh 93 peserta yang berasal dari Angkatan IV, V, dan VI.

Pelatihan ini menjadi bagian dari Program Pengembangan Sumber Daya Manusia Perkebunan Kelapa Sawit (SDM PKS), sebuah program strategis pemerintah untuk meningkatkan kompetensi pekebun swadaya dalam mengelola kebun sawit secara berkelanjutan. Pelatihan ini dirancang tidak hanya memberikan wawasan teknis, tetapi juga memperkuat kapasitas manajerial, kesadaran lingkungan, dan kemampuan adaptasi petani terhadap tuntutan industri sawit global yang semakin ketat.

Selama lima hari pelatihan, peserta mengikuti rangkaian kegiatan yang mencakup materi di kelas, diskusi interaktif, dan simulasi teknis. Peserta juga berkesempatan melakukan kunjungan lapangan ke kebun sawit milik PT AJP, yang telah menerapkan praktik panen dan pasca panen sesuai standar mutu industri. Kunjungan ini memberikan pengalaman langsung yang sangat berharga, di mana peserta dapat melihat bagaimana standar tersebut diimplementasikan secara nyata di lapangan.

Direktur PT. CWE, Nugroho Kristiono, dalam sambutannya mengungkapkan bahwa dunia perkebunan kelapa sawit adalah salah satu kebanggaan Indonesia karena menjadi penopang devisa negara.

“Dari total 16,38 juta hektar lahan sawit di Indonesia, 42% dikelola oleh petani rakyat. Harapannya, para peserta dapat membawa pulang ilmu yang diperoleh dan membagikannya kepada rekan-rekan petani di wilayah masing-masing, sehingga manfaat program ini meluas dan menciptakan efek berganda di komunitas perkebunan rakyat,” katanya saat pembukaan acara.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Paser, Djoko Bawono, turut menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya pelatihan ini. Pelatihan ini merupakan pelatihan terakhir di tahun 2025.  yang diikuti oleh total 550 petani sawit sepanjang tahun. Beliau berharapa sudah mengusulkan 1.134 petani dari 11 KUD sebagai peserta pelatihan untuk tahun depan, yang tersebar di 139 desa dan 5 kelurahan di Kabupaten Paser.

“Hampir seluruh petani di Paser menanam kelapa sawit, sehingga membangun sumber daya manusia di sektor ini menjadi prioritas utama. Harapan kami, pelatihan ini menjadi langkah nyata dalam mewujudkan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan di Kabupaten Paser,” ujarnya.

Djoko menambahkan bahwa peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan ini bukan hanya penting untuk produktivitas, tetapi juga untuk membangun kesadaran akan standar keberlanjutan, termasuk dalam penerapan praktik pertanian ramah lingkungan dan manajemen kebun yang efisien.

“Dengan adanya program seperti ini, pemerintah daerah optimis bahwa petani Paser akan semakin siap menghadapi tantangan industri, mulai dari fluktuasi harga hingga tuntutan sertifikasi internasional,” tambahnya.

Sementara itu, Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Ir. Baginda Siagian, M.Si, yang hadir melalui Zoom Meeting, memberikan pandangan strategis terkait pentingnya peningkatan produktivitas petani sawit rakyat. Ia menegaskan bahwa ekspor produk pertanian, khususnya kelapa sawit, masih menjadi yang terbesar di Indonesia, dengan nilai mencapai Rp464 triliun.

“Ini adalah kebanggaan bagi kita semua, namun kenyataannya rata-rata produktivitas petani saat ini baru mencapai sekitar 3 ton per hektar, padahal potensi optimalnya bisa mencapai 5–6 ton per hektar. Kesenjangan inilah yang menjadi PR besar bagi kita,” tegasnya.

Menurut Baginda, melalui pelatihan teknis yang terstruktur seperti ini, pemerintah berupaya mendorong peningkatan kapasitas petani, mulai dari keterampilan panen, penanganan pasca panen, hingga pengelolaan kebun secara keseluruhan.

Ia juga menyoroti bahwa kebutuhan CPO untuk mendukung program B50 yakni campuran biodiesel 50% berbasis minyak sawit membutuhkan CPO, sehingga Pemerintah dan perusahaan tidak bisa bekerja sendiri.

“Peran petani sangat krusial untuk memastikan pasokan tetap terjaga dan berkualitas tinggi,” katanya.

Baginda juga mengungkapkan rencana jangka panjang untuk memperluas jenis pelatihan di masa depan, tidak hanya terbatas pada panen dan pasca panen, teknis budidaya, penerapan ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) namun perlu ditambahnya pelatihan hilirisasi agar petani memahami nilai tambah produk kelapa sawit.

“Dengan begitu, petani dapat memperluas peluang usaha mereka dan mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih besar dari hasil kebun,” ungkapnya.

Ia optimis bahwa dengan komitmen bersama, petani sawit rakyat akan mampu bersaing dengan pelaku swasta besar, terutama di wilayah-wilayah produktif seperti Kabupaten Paser.

Pelatihan ini diharapkan menjadi motor penggerak dalam peningkatan produktivitas dan keberlanjutan sektor perkebunan kelapa sawit.

Harapannya pelatihan ini akan meluas ke komunitas petani sawit yang lebih besar. Pengetahuan dan keterampilan yang ditransfer antar petani akan menciptakan efek domino yang memperkuat kapasitas kolektif mereka.

“Pada akhirnya, program seperti ini bukan hanya tentang peningkatan produktivitas, tetapi juga tentang membangun masa depan perkebunan kelapa sawit rakyat yang mandiri, berdaya saing, dan berkelanjutan,” pungkasnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini