Pemerintah Indonesia mempercepat langkah mencapai swasembada gula dengan memetakan potensi lahan, mengembangkan perkebunan modern, dan meningkatkan efisiensi pabrik gula.
Direktorat Tanaman Semusim dan Tahunan Kementerian Pertanian (Kementan), Muhammad Rizal Ismail, mengungkapkan bahwa saat ini telah dilakukan ground checking di beberapa lokasi potensial di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Selain dari lima provinsi tersebut terdapat potensi yang besar di Provinsi Papua Selatan, khususnya di distrik tanah miring Kabupaten Merauke Provinsi Papua Selatan.
“Sesuai arahan Menteri Pertanian dalam mencapai swasembada gula nasional, salah satu aspek yang penting adalah penyediaan areal baru,” ujar Rizal saat dihubungi Majalah Hortus, Selasa (16/7).
Rizal menjelaskan, diperlukan luas areal tebu sebesar 490.000 hektare untuk mendukung rencana pembangunan lima pabrik gula. Pabrik-pabrik ini akan memiliki total kapasitas giling sebesar 150.000 ton tebu per hari (TCD).
“Ke depannya direncanakan akan dibangun pabrik gula sebanyak 5 (lima) pabrik dengan total kapasitas giling 150.000 tcd, dengan nilai investasi USD 3,6 milliar atau sekitar Rp 53,8 triliun,” papar Rizal.
Lebih lanjut Rizal menjelaskan, pemerintah telah menetapkan langkah strategis dalam upaya mencapai swasembada gula nasional serta memperluas penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar nabati.
Langkah ini diatur dalam Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 418 Tahun 2023, yang menjadi dasar percepatan pertumbuhan sektor pertanian.
“Selain itu juga pemerintah telah membuat grand stategi dari segi hulu dan hilir,” sambung Rizal.
Langkah strategis dari sisi hulu mencakup penyediaan lahan tebu seluas 1 juta hektare, memanfaatkan pembebasan hutan sosial, dan optimalisasi lahan Hak Guna Usaha (HGU) yang terbengkalai.
Selain itu, program ini memprioritaskan peningkatan Fasilitasi Pembangunan Kebun Masyarakat (FPKM) sebesar 20 persen, penyediaan benih unggul, dan pendidikan teknis mengenai praktik pertanian yang berkelanjutan.
Dari segi hilir, pemerintah akan fokus pada revitalisasi Pabrik Gula (PG) eksisting dengan menggabungkan unit-unit yang tidak efisien, serta memperkuat lembaga riset dengan kerjasama PT RPN (P3GI) untuk mengembangkan inovasi dan penelitian terkait industri gula.
Proyeksi Produksi Gula Tahun 2024
Rizal mengatakan, berdasarkan hasil evaluasi giling tahun 2023, luas areal tebu di Indonesia telah meningkat menjadi 504.775 hektare dari 488.982 hektare pada tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk tahun 2024, berdasarkan hasil taksasi awal giling Tahun 2024, diperkirakan naik menjadi 512.813 hektare, dengan kenaikan luasan areal sebesar 1,59 persen dari tahun 2023.
Sementara itu, proyeksi produksi gula nasional untuk tahun 2024 mengalami peningkatan signifikan. Awalnya diproyeksikan mencapai 2.384.560 ton, namun berdasarkan hasil taksasi awal giling tahun 2024, perkiraan produksi gula diperkirakan mencapai 2.591.335 ton.
“Berdasarkan rapat koordinasi teknis bidang pangan dan agribisnis, Kemenko Bidang Perekoniman tanggal 6 Desember 2023 bahwa proyeksi produksi gula nasional tahun 2024 adalah sebesar 2.384.560 ton,” kata dia.
Rizal mengatakan, dalam setiap tahunnya Ditjenbun melakukan Taksasi Produksi tebu sebanyak tiga kali yaitu taksasi awal, tengah dan akhir giling.
Kenaikan luas areal tebu dan produksi gula ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan luas areal, penggunaan benih unggul, pemeliharaan yang baik, serta efisiensi pabrik gula.
Namun, faktor iklim seperti El-Nino dan La-Nina juga memainkan peran penting yang tidak dapat diprediksi.
“Dengan berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan stakeholder terkait, diharapkan produksi tebu nasional dapat terus meningkat dan mendukung kebutuhan gula dalam negeri,” kata dia.
Rizal menjelaskan, setiap tahun Ditjenbun mengalokasikan kegiatan pengembangan kawasan tanaman tebu baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi untuk meningkatkan produksi.
Pada tahun 2024, Ditjenbun mengalokasikan kegiatan Rawat Ratoon seluas 4.700 hektare yang tersebar di beberapa provinsi. Dalam alokasi tahun 2024 ini, diberikan stimulus bantuan sarana produksi berupa pupuk majemuk dalam bentuk natura.
“Bantuan stimulus ini diharapkan dapat meningkatkan volume pemupukan bagi tanaman tebu sehingga nutrisi yang dibutuhkan tanaman terpenuhi, dan pada akhirnya dapat meningkatkan produksi tebu nasional,” pungkas Rizal.
Investasi Pabrik Gula
Rizal juga turut menyampaikan perkembangan terkini terkait dengan investasi pabrik gula dalam rangka untuk mendukung swasembada gula nasional.
Kata Rizal, saat ini perusahaan PT Global Papua Abadi (GPA) sedang mengembangkan nursery dan research centre perkebunan tebu modern seluas 120 hektare.
“Kondisi saat ini terdapat perusahaan GPA yang sedang mengembangkan nursery dan research centre perkebunan tebu modern seluas 120 hektare,” kata dia.
Kemudian Rizal juga menaggapi apakah pabrik gula ke depannya masih akan berada di bawah pembinaan Kementan atau akan berpindah ke Kementerian Perindustrian.
Rizal menjelaskan, pabrik gula di Indonesia saat ini terbagi menjadi dua kategori: Pabrik Gula BUMN yang berada di bawah naungan Kementerian BUMN, dan Pabrik Gula Swasta yang berada di bawah Kementerian Perindustrian.
Meskipun demikian, pabrik gula merupakan mitra dari petani tebu rakyat yang berada di bawah tanggung jawab atau binaan Kementerian Pertanian (Kementan).
Rizal menjelaskan, pabrik gula dan Kementan saling bersinergi, terutama dalam hal teknis budidaya, Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk gula, perizinan usaha, dan kemitraan.
“Sinergi ini penting untuk memastikan bahwa produksi gula di Indonesia berjalan dengan lancar dan sesuai dengan standar yang ditetapkan,” pungkas Rizal.