
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, mengatakan bahwa program biodiesel dan Makan Bergizi Gratis (MBG) akan meningkatkan permintaan produk turunan sawit.
Demikian disampaikan dalam seminar nasional bertajuk “Hulunisasi dan Hilirisasi Sawit sebagai Motor Penggerak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Serta Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Energi Nasional” yang diadakan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB), Selasa (11/3).
Guru Besar IPB ini menjelaskan, hilirisasi sawit di dalam negeri memiliki potensi besar, mengingat Indonesia saat ini merupakan produsen utama minyak sawit dunia, dengan kontribusi sebesar 68,7 persen dari total produksi global.
Dia menambahkan, kebijakan dalam negeri seperti penggunaan biodiesel, yang menjadi bagian dari upaya pemerintah ketergantungan terhadap energi fosil, diperkirakan akan mendorong permintaan produk turunan sawit dalam jumlah besar.
“Kebijakan dalam negeri seperti biodiesel ini juga pasti nanti akan membutuhkan banyak produksi turunan kelapa sawit,” kata Rachmat.
Selain biodiesel, lanjut Rachmat, program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang sedang digalakkan pemerintah saat ini juga diprediksi akan meningkatkan permintaan produk olahan sawit dalam waktu relatif cepat.
“Ini merupakan kesempatan kita untuk tidak hanya mendorong hilirisasi, tetapi juga meningkatkan Hulunisasi karena permintaan ini pasti akan banyak sekali,” ujar Rachmat.
Selain itu, Rachmat juga mengungkapkan, sawit berperan dalam mendukung ketahanan pangan melalui sistem tumpang sari padi/jagung dengan sawit, serta integrasi sawit dengan peternakan sapi (SISKA).
“Dengan sistem ini selain mendukung produksi bahan pangan dan menjaga kualitas lingkungan diharapkan pekebun juga dapat meningkatkan pendapatannya,” ujar Rachmat.
Kelapa sawit juga memiliki potensi untuk mendukung pencapaian target bauran energi nasional melalui program biofuel dan bioetanol. “Ternyata bioetanol pun sudah bisa diproduksi dari sawit,” kata Rachmat.
Selain itu, sawit juga dapat menghasilkan bensin yang memiliki nilai ekonomi tinggi, serta biomassa sawit, yang terdiri dari cangkang, serat, pelepah, tandan kosong, dan batang, yang dapat dimanfaatkan sebagai energi terbarukan.
Namun, Rachmat juga menyampaikan tantangan industri sawit yang harus segera diatasi, seperti rendahnya produktivitas sawit rakyat, ketergantungan pada impor produk hilir, dan keterbatasan teknologi produksi.
“Pak Rektor (Arief Satria) tadi mengatakan bahwa produktivitas sawit rakyat masih rendah, kita juga masih bergantung pada teknologi yang masih terbatas, serta pada hal-hal lain yang belum bisa kita selesaikan,” imbuh Rachmat.