Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menyakini pompanisasi tidak hanya membantu dari sisi produksi, tetapi juga berpotensi menggerakan perekonomian dan menghasilkan efek multiplier yang signifikan.
Demikian disampaikan Mentan Amran saat meninjau area pompanisasi di Desa Marongge, Kecamatan Tomo, Kabupaten Sumedang, Jumat (5/4).
“Ini luar biasa, kalau pompa ini digerakan, itu peningkatannya bisa naik 200 persen nilainya mencapai Rp 15 triliun. Bisa dibayangkan kalau angka ini bergerak setiap tahun, ini ada multiplier effect, ekonomi bergerak, ekonomi ditingkat desa bergerak,” kata Mentan Amran.
Dia menargetkan 1.000.000 hektare lahan sawah tadah hujan yang akan diairi menggunakan pompanisasi. Khusus di Jawa Barat, kata Mentan Amran menyebut ada 300.000 hektare lahan yang siap diairi dengan metode pompanisasi.
“Kami harap pompanisasi seperti ini, Jawa Barat ini terbaik, bisa jadi contoh penerapan pompanisasi. Ini rencanannya akan kita terapkan di tanah upland, sawah tadah hujan, itu kita airi kurang lebih 1.000.000 hektare seluruh Indonesia, anggarannya Rp 5,8 triliun,” ujar Mentan Amran.
Dengan pasokan air yang stabil dan cukup, pompanisasi dapat meningkatkan indeks pertanaman. Hal ini memungkinkan petani untuk menenam lebih dari satu kali, karena akses petani terhadap aie tersedia sepanjang tahun.
“Kami diskusi tadi dengan petaninya senang, yang dulunya di sini tanam hanya satu kali, dengan adanya pompa sekarang bisa mulai tanam, berikutnya panen, dan tanam lagi, minimal tiga kali panen setahun,” imbuh Mentan Amran.
Selain Jawa Barat, tiga bulan kedepan Kementerian Pertanian (Kementan) juga fokus menerapkan pompanisasi di sejumlah wilayah di Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Secara rinci area sawah yang akan diairi menggunakan pompanisasi ada kurang lebih 400.000 hektare di Jawa Timur dan 350.000 hektare di Jawa Tengah.
Upaya ini diharapkan dapat menjadi langkah strategis dalam meningkatkan produksi pangan dan memenuhi kebutuhan beras nasional.





























