APKASINDO Berharap Industri  Sawit Tingkatkan Kinerjanya

0

Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) berharap supaya para pemilik Pabrik Kelapa Sawit (PKS) lebih meningkatkan kinerja operasional pabriknya.  

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum APKASINDO Gulat Manurung di Jakarta, 14/4/2020.

Menurut Gulat, dalam kondisi seperti ini, negara sangat membutuhkan peningkatan PKS untuk menghasilkan CPO baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk tujuan eksport.

“Dari catatan kami, 70 persen produksi CPO kita adalah di eksport, 30 persen untuk kebutuhan dalam negeri, namun dengan kondisi Wabah Covid-19 ini saya melihat kebutuhan dalam negeri semakin meningkat, karena CPO ini adalah bahan baku hampir semua sabun dan material disinfectan lainnya, belum lagi untuk kebutuhan obat-obatan tertentu yang menggunakan CPO sebagai bahan baku dasar, termasuk  minyak goreng dan ratusan produk turunan dari CPO ini. Oleh karena itu tiga provinsi penghasil CPO terbesar di Indonesia yaitu Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Barat harus menjadi perhatian serius dari pemerintah untuk memastikan jangan sampai roda indutri sawit ini terganggu,” ujar Gulat.

Saat ini, lanjut Gulat, sangat banyak issu yang beredar bahwa PKS ini dan itu akan tutup karena Covid-19, ini semua sengaja dimainkan untuk menimbulkan kepanikan. Selain itu para pemain issu ini sudah melihat dan mempelajari bahwa Industri sawit saat krisis moneter 1998 adalah salah satu penyelamat ekonomi nasional, maka berbagai cara dibuat supaya terjadi  ‘chaos’  disektor  industri kelapa sawit yang berujung hilangnya sumber devisa negara utama dua tahun terakhir.

“Secara Nasional, Ada sekitar 18,2 juta manusia yang menggantungkan hidupnya secara langsung pada tanaman ini. Belum lagi Ring 2, 3 dan 4 yang bersentuhan dengan aktivitas kelapa sawit ini,” kata Gulat.

Dan dari 16,4 juta hektar luas, 42 persen adalah dikelola oleh petani. “Bisalah kita bayangkan berapa TBS petani yang akan busuk jika produksi rerata perhektar mereka dalam sebulan antara 800 kilogram hingga 1.100 kilogram,” Gulat merinci.

Memang harga CPO saat ini trendnya mengarah bagus, sekalipun negara Importir CPO pada lockdown, namun kita sangat diuntungkan dengan menyusulnya Malaysia melakukan Lockdown juga, ya Malaysia sebagai negara kedua terbesar penghasil CPO, jadi Dunia sangat tergantung dengan CPO Indonesia dan secara bersamaan  meningkatnya kebutuhan dalam negeri. Selain itu, hasil analisa kami, bahwa ada trend negara-negara peng import CPO melakukan penimbunan CPO di negara mereka, ini antisipasi dari negara importir tersebut bilamana Indonesia mengambil opsi Lockdown. Jadi banyak faktor mengapa terjadi trend naiknya harga CPO dunia ditengah masa pandemik Covid-19 ini.

“Dengan tidak Lockdownnya Indonesia, kami sangat berharap, PKS PKS mengambil moment ini untuk meningkatkan kinerja eksport CPO, karena CPO yang dieksport akan menghasilkan Devisa buat negara yang saat ini sangat membutuhkan dana segar untuk menanggulangi wabah Vicod-19 ini.

Mendukung PKS tetap beropersi bukan berati APKASINDO mengabaikan SOP Penanganan Covid-19 ini, tentu dengan menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah, kita wajib sekuat tenaga mendukung pemerintah tanpa lockdown, dengan cara dan peran kita masing-masing, ujar Gulat yang juga merupakan  Auditor ISPO ini.

“kita wajib saling bahu membahu menyelamatkan ekonomi bangsa ini, tentu tanpa mengendurkan standar protokol kesehatan yang sudah dibuat pemerintah. Kini saatnya PKS menjadi pahlawan Bangsa. Dan sejarah akan mencatat bahwa PKS yang ada di Indonesia tidak sekadar bisnis, tapi juga pejuang sawit merah putih,” ujar Gulat bersemangat. Saat Krisis Moneter tahun 1998, sejarah mencatat bahwa Industri Kelapa Sawit adalah salah satu penyelamat ekonomi Nasional, mari kita ulangi prestasi sawit sebagai penyelamat ekonomi nasional disaat Wabah Covid-19 melanda dunia.

Mengenai pilihan PSBB di beberapa daerah industri sawit, saya berharap supaya Kepala daerah jangan latah memilih opsi ini, karena jika kepala daerah tidak mampu mngendalikan PSBB ini malah bisa memperburuk situasi.

“oleh karena itu Saya yakin, dengan berbagai asumsi dan indikator, sepanjang Indonesia tidak Lockdown, tidak ada alasan PKS tutup. Semua pihak yang terkait dengan industri sawit harus melakukan komunikasi secara intens dengan pemerintah dan berkoordinasi dengan aparat kemanan, jangan sampai rantai pasok TBS ke PKS dan pengiriman CPO terganggu akibat issu-issu yang tidak bertanggungjawab, tegas Gulat yang juga Kandidat  Doktor Ilmu Lingkungan ini dengan tegas.

Petani Sawit Nihil Covid-19

Hingga saat ini, belum ada satupun pekerja maupun petani kelapa sawit terpapar wabah Covid-19.

“Alhamdulillah, dari pantauan kami di 22 provinsi DPW APKASINDO dan 117 DPD Kabupaten/Kota APKASINDO se Indonesia, semua petani anggota kami aman dari Covid-19, terkhusus di Riau setiap hari kami monitor”.  Pekerja dan petani sawit mungkin  sedikit diuntungkan lantaran selalu berjemur di terik panasnya matahari saat melakukan aktivitas kebun sehari-hari. Semoga aktivitas rutin semacam ini terus bisa menjaga kami petani sawit dari pandemi corona itu,” Gulat berharap.

Meski para Petani masih belum ada terpapar Covid-19, bukan berarti Apkasindo berpangku tangan. “Kami tetap terus berpartisipasi, mulai dari memberikan himbauan kepada Petani Sawit Indonesia, supaya teguh dan displin menggunakan masker dan menyarankan mengkonsumsi Vitamin sebagai suplemen, menyediakan sarana disinfectan di tempat penimbangan TBS, dan terakhir dibeberapa Provinsi DPW Apkasindo, seperti di Riau berperan aktif mendukung Polda Riau dalam bentuk partisipasi penyediaan alat semprot disinfectan dan APD lainnya.  Tapi bukan berarti lantaran wabah ini, aktivitas dan produktifitas kita menjadi turun, rantai pasok TBS ke PKS harus jalan terus. Yang penting, patuhi semua aturan yang sudah dibuat pemerintah terkait pandemi Covid itu,” ujar Gulat seusai teleconference online dengan Petani Apkasindo di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini