
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) telah memberikan beasiswa kepada 9.265 orang sejak 2016, dengan sekitar 3.400 di antaranya telah lulus dari berbagai program pendidikan, termasuk D1, D2, D3, dan D4.
Meskipun demikian, Kepala Divisi Program Pelayanan BPDPKS, Arfie Thahar mencatat bahwa sejumlah lulusan tersebut masih menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan di sektor perkebunan dan industri.
“Jadi sudah mulai ada lulusan-lulusannya, tapi mungkin dari lulusan itu masih belum memiliki kebutuhan untuk baik di perkebunan maupun di industri,” kata Arfie, ditemeui di acara Perkebunan Indonesia Expo (Bunex) 2024 baru-baru ini.
Begitu juga dengan program riset, terdapat peningkatan setiap tahun, meskipun pertumbuhannya tidak signifikan. Hal ini karena proses seleksi untuk memastikan bahwa riset yang didanai bisa diimplementasikan secara efektif.
“Kita pemberian dana risetnya itu untuk riset-riset yang memang ke depannya itu potensinya besar,” pungkas Arfie.
Sementara itu, Direktur Perlindungan Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Hendratmojo Bagus Hudoro menyatakan pemerintah saat ini fokus terhadap peningkatan kualitas SDM khususnya sawit.
“Pemerintah sangat concern dalam meningkatkan kualitas pendidikan terkhusus sumber daya manusia (SDM) kelapa sawit, sebelumnya hanya ada 6 lembaga pendidikan yg bekerja sama dengan kita namun saat ini kita sudah bekerjasama dengan 23 lembaga pendidikan,” kata Bagus.
Menurut Bagus, beasiswa SDM kelapa sawit merupakan program kolaborasi antara Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementan dan BPDPKS yang berfokus pada peningkatan SDM kelapa sawit yang lulusannya dipersiapkan untuk siap bekerja pada industri sawit Indonesia.
“SDM memegang peran penting dalam sawit berkelanjutan, untuk itu pemerintah mengambil peran dalam meningkatkan SDM sawit, baik dari sisi jumlah maupun kualitasnya. Adapun upaya-upaya yang telah kita lakukan seperti peningkatan SDM melalui beasiswa dan bimbingan teknis sesuai kebutuhan petani,” ungkap Bagus.
Bantuan untuk Bunex 2024
Untuk Bunex, Arfie melanjutkan, pihaknya bekerja sama dengan Ditjen Perkebunan untuk memberikan sponsorship. Bantuan ini disalurkan dalam bentuk dukungan kegiatan yang membantu asosiasi agar dapat aktif berpartisipasi dalam kegiatan ini.
“Harapannya terutama BPDPKS karena masih sawit ya, sawit itu tetap dijaga sustainabilitinya. Nah, itu dibuat bagaimana supaya sektor huluh dan hilir itu bisa berkembang,” ujar dia.
Di sektor hulu, Arfie menjelaskan bahwa BPDPKS fokus pada perbaikan permasalahan yang ada untuk meningkatkan produktivitas sawit, dengan tujuan utama mencapai kemajuan yang signifikan.
“Jadi, kita di hulu permasalahan yang ada kita perbaiki, terutama supaya bisa meningkat. Itu yang ingin kita capai sapya bisa meningkat,” kata dia.
Kemudian, di sektor hilir, BPDPKS juga mempersiapkan langkah-langkah untuk memastikan bahwa produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang dihasilkan dapat terserap dengan baik, karena hal ini akan berdampak pada stabilisasi harga.
“Makanya ada program biodisel 35 persen (B35), B40, dan sudah digadang-gadang menjadi B50 itu salah satu yang bisa menyerap produksi CPO kita di dalam negeri, diolah dan digunakan sendiri,” pungkas dia.