BRIN Kembangkan Varietas Cabai Tahan Kekeringan

0

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tengah fokus pada pemuliaan tanaman cabai dengan tujuan mengembangkan varietas yang tahan terhadap kondisi kekeringan.

Penelitian ini melibatkan pendekatan seleksi multi indeks, yang menggunakan beberapa indeks untuk menilai toleransi tanaman cabai terhadap kekeringan. Dua dari enam indeks yang diterapkan adalah Indeks Sensitivitas Kekeringan (ISK) dan Indeks Toleransi (TOL).

Peneliti Ahli Muda di Pusat Riset Hortikultura BRIN, Peni Lestari, mengungkapkan bahwa pemuliaan tanaman cabai merupakan proses kompleks yang melibatkan identifikasi keragaman genetik, pemilihan calon tetua, persilangan, seleksi, pengujian, dan akhirnya merilis varietas baru.

“Variasi genetik memungkinkan pemilihan genotipe unggul dan pengembangan varietas baru dengan karakteristik yang dibutuhkan,” kata Peni pada webinar HortiActive seri #9, Jumat (13/9).

Dalam webinar tersebut, Peni juga menjelaskan pentingnya pengembangan varietas cabai yang tahan terhadap kekeringan, mengingat data BMKG Oktober 2023 menunjukkan banyak daerah di Indonesia rawan kekeringan yang berdampak pada usaha tani cabai. Varietas cabai yang tahan kekeringan diharapkan dapat membantu petani dalam menjaga produksi meski dalam kondisi ekstrem.

Beberapa varietas cabai lokal yang telah diidentifikasi memiliki toleransi kekeringan termasuk Arisa, Genie, dan Hot Banana dari Capsicum annuum, serta Viola, Perbani, Harita, dan Nazla dari Capsicum annuum, Hiyung dari Capsicum frutescens, dan Fatalii dari Capsicum chinense.

Varietas-varietas ini menunjukkan potensi yang baik dalam mempertahankan produksi di lingkungan kering dan merupakan sumber daya genetik penting untuk pemuliaan di masa depan.

“Menjaga produksi di bawah cekaman kekeringan merupakan indikator utama toleransi kekeringan,” tegas Peni.

Dengan pengembangan varietas cabai toleran kekeringan, diharapkan dapat meningkatkan ketahanan pangan dan membantu petani menghadapi tantangan iklim yang semakin ekstrem.

Dia juga menjelaskan bahwa metode pemuliaan melibatkan penyerbukan silang bunga dari tanaman betina dan jantan yang dipilih. Benih yang dihasilkan diperbanyak selama beberapa generasi, dengan setiap generasi menjalani seleksi ketat untuk memastikan hanya tanaman unggul yang diteruskan ke generasi berikutnya.

Setelah stabil dan seragam, tanaman unggul ini dilepaskan sebagai varietas baru. Benih yang dihasilkan dari program pemuliaan kemudian diperbanyak oleh penangkar, salah satunya perusahaan benih untuk digunakan lebih luas oleh petani.

Peni menekankan bahwa apabila varietas cabai yang ditanam sudah toleran kekeringan, petani itu akan lebih mudah untuk menyelamatkan produksi sehingga pada akhirnya cabai yang dihasilkan bisa bersaing dengan cabai di pasaran dan bisa diakses oleh konsumen, di sinilah pentingnya menggunakan varietas cabai toleran kekeringan.

“Total varietas cabai yang diidentifikasi toleransinya adalah 24 varietas, beberapa diantaranya adalah varietas lokal. Tolok ukur tanaman toleran kekeringan adalah mampu mempertahankan produksi tetap baik, artinya memiliki produksi yang stabil baik pada kondisi kekeringan. Produksi menjadi tolak ukur atau menjadi hal yang utama dalam seleksi untuk toleransi kekeringan,” tuturnya.

Kesimpulan Peni menggarisbawahi bahwa mempertahankan produksi di bawah cekaman merupakan indikator utama toleransi kekeringan. Varietas cabai tertentu telah diidentifikasi sebagai sumber daya genetik toleran kekeringan yang penting bagi upaya pemuliaan di masa mendatang untuk meningkatkan ketahanan pangan dalam menghadapi tantangan iklim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini