Di tengah lonjakan serapan, Perum Bulog memastikan kualitas beras Cadangan Beras Pemerintah (CBP) tetap terjaga optimal melalui serangkaian langkah pengawasan ketat di gudang.
Hingga pertengahan Mei 2025, Bulog mencatat pencapaian strategis dengan total serapan gabah dan beras oleh pemerintah yang menembus lebih dari 2,1 juta ton setara beras.
Direktur Pengadaan Perum Bulog, Prihasto Setyanto mengungkapkan, setiap beras yang masuk ke Gudang Bulog wajib melewati proses pemeriksaan kualitas secara menyeluruh. Pemeriksaan ini melibatkan surveyor independen untuk menjamin transparansi dan akurasi standar mutu.
“Setiap beras yang masuk telah melalui proses uji kualitas yang melibatkan pihak ketiga independen, sehingga kualitasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan,” jelas Prihasto dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu (18/5).
Tidak hanya memastikan kualitas di awal penerimaan, Bulog juga menerapkan sistem pengelolaan perawatan secara berkala di gudang.
“Kami memiliki mekanisme perawatan rutin terhadap komoditas yang disimpan, sehingga mutu beras tetap terjaga dengan baik hingga waktu distribusi,” ujar Anton, sapaan Prihasto.
Langkah pengawasan dan perawatan terstruktur ini merupakan bagian dari komitmen Bulog dalam menjaga kepercayaan publik dan memastikan ketersediaan beras berkualitas bagi masyarakat.
Di tengah tingginya angka penyerapan, Bulog tetap mengutamakan kualitas untuk stabilisasi pasokan dan harga pangan di Indonesia.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog, Sudaryono mengatakan, Bulog telah mengelola stok beras selama 58 tahun. Menurut dia, pengelolaan stok beras saat ini jauh lebih maju dibandingkan dengan era sebelumnya.
“Tahun 1984 teknologi mungkin tidak sebagus sekarang, itu bisa menyimpan 3 juta,” kata Sudaryono, yang juga Wakil Menteri Pertanian (Wamentan).
Oleh karena itu, politikus Partai Gerindra itu optimistis saat ini Bulog bisa dengan mudah mengelola stok beras dengan kemajuan teknologi. “Jadi, no worry lah,” ujar dia.
Sudaryono mengatakan terjadi lonjakan produksi beras nasional pada kuartal I 2025 sebesar 51,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.Â
Menurut dia, lonjakan produksi itu merupakan hasil dari berbagai kebijakan Kementan, seperti menaikkan harga pembelian gabah menjadi Rp 6.500 per kilogram, menambah pupuk subsidi, modernisasi alat mesin pertanian, dan optimalisasi irigasi melalui pompanisasi.
“Total beras yang disimpan Bulog adalah 3,7 juta ton, serapan tahun 2025 dari Januari sampai hari ini sudah lebih dari 2,1 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah,” pungkas Sudaryono.