
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi mengatakan, harga beras saat ini sudah mulai stabil dan normal kembali.
Menurut Bayu, harga beras mulai stabil karena pasokan beras di Pasar Induk Johar Karawang, Jawa Barat mulai masuk dari Jawa Tengah yang mulai panen raya.
“Masyarakat tak perlu khawatir kini harga mulai normal dan stabil. Harga beras premium yang kemarin sempat tembus Rp 17 ribuan saat ini bertahap mulai turun dan kembali ke harga di kisaran Rp14 ribuan. Begitu juga beras medium harga mulai stabil,” kata Bayu dalam keterangan resminya, Jakarta, Kamis (29/2).
Bayu menjelaskan, harga beras kadang naik lantas normal kembali itu sebenarnya sudah menjadi siklus tahunan. Itu juga terjadi pertengahan tahun lalu. Hanya saja tahun ini memang panen agak mundur karena faktor alam.
“Memang faktor alam tidak bisa kita hindari. Badai El Nino yang melanda, mempengaruhi produksi yang sempat berkurang karena adanya gagal panen di sejumlah wilayah,” kata Bayu.
Selain faktor alam El Nino, Bayu juga menyinggung soal kebutuhan pupuk petani yang mahal. Hal itu juga mempengaruhi produktivitas padi petani karena tidak semua kebutuhan pupuk petani terpenuhi.
“Tapi soal pupuk itu bukan wilayah kami. Jadi, saya tidak bisa bicara banyak,” kata Bayu.
Kini, kata Bayu, pasokan beras mendekati normal menjelang Ramadan dan Idulfitri 1445 Hijriah. Jadi, masyarakat tak perlu risau.
Kebutuhan beras Indonesia pada 2024 mencapai 31,2 juta ton. Ini berdasarkan prognosa neraca pangan nasional periode Januari hingga Desember 2024 yang telah disusun oleh Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Kebutuhan beras hingga Juni sudah terpenuhi. Untuk enam bulan ke depan menurut Bayu stok sudah aman. “Kebutuhan setiap tahun memang kita lakukan per enam bulan,” kata Bayu.
Bayu sendiri memantau langsung kondisi stok beras di Pasar Johar Karawang dan melihat pasokan yang mulai berlimpah mendekati kondisi normal. Menurut dia, tambahan pasokan dari beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebanyak 300 ton per hari membuat pasokan beras di Karawang sudah mendekati pasokan normal sebagaimana biasanya.
“Sebelumnya pasokan di Pasar Johar cuma 500 ton per hari, dengan tambahan SPHP 300 ton, pasokan menjadi 800 ton per hari. Ini sudah mendekati pasokan normal di Pasar Johar yang rata-rata sebesar 1.000 ton per hari. Nanti akan masuk lagi dari daerah-daerah lain yang mulai panen sehingga harga mulai stabil kembali,” kata Bayu.
Dia mengatakan, pihaknya akan terus melakukan berbagai langkah dan upaya dalam mengendalikan harga beras sehingga dapat menjaga stabilitas di pasaran.
“Sehingga diharapkan beras di pasaran dapat segera kembali ke kondisi normal untuk kesejahteraan masyarakat,” ucap Bayu.
Bayu menambahkan, Bulog berkomitmen akan terus memantau perkembangan harga dan pasokan beras di pasar, serta melakukan langkah-langkah strategis demi menjaga stabilitas pasar dan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dengan penyaluran beras program SPHP.
“Stok cadangan beras pemerintah di Bulog saat ini, jumlahnya sangat cukup untuk kebutuhan penyaluran kebutuhan selama puasa dan lebaran,” kata Bayu.
Bulog Siaga
Bahkan stok beras yang saat ini ada di gudang Bulog mampu memenuhi kebutuhan penyaluran beras program SPHP yang disalurkan ke pasar induk, pasar tradisional dan ritel modern.
Stok beras Bulog juga mampu untuk memenuhi kebutuhan penugasan penyaluran bantuan pangan beras 10 kg yang menyasar 22 juta keluarga Penerima Bantuan Pangan (PBP) yang direncanakan hingga Juni 2024.
Bayu mengatakan Bulog juga menyiapkan program Bulog Siaga (Aksi Amankan harga) sebagai bagian dari program SPHP.
“Program Bulog Siaga ini merupakan inisiasi Perum Bulog dan dilaksanakan tergantung kebutuhan,” kata Bayu.
Melalui Bulog Siaga, Perum Bulog menggelontorkan beras SPHP dan komoditi pangan murah di lokasi-lokasi yang dekat dengan masyarakat.
Bayu mengatakan kegiatan itu merupakan respon konkrit Bulog terhadap keresahan masyarakat yang secara umum terdampak dengan adanya fenomena kenaikan harga beras yang terjadi beberapa waktu belakangan ini.
“Melalui Bulog Siaga masyarakat tidak lagi mengalami kesulitan untuk memperoleh komoditi pangan murah,” kata dia.
“Tapi bila stok sudah cukup dan harga sudah normal kembali, program Siaga akan distop. Artinya kita melihat kebutuhan. Jika kembali dibutuhkan, kita akan gelontorkan kembali,” sambung Bayu.
Terkait impor beras untuk stabilitas harga, Bayu menjelaskan impor dilakukan sesuai kebutuhan juga. Kalau dirasa kebutuhan dalam negeri cukup, tentu tidak perlu impor.
“Di Indonesia, Bulog satu-satunya yang bisa impor beras. Tidak ada swasta. Jadi impor dilakukan sesuai kebutuhan dan seperti lembaga lain kita juga diawasi BPK (Badan Pemeriksa Keuangan),” kata Bayu.
Sebagai satu-satunya operator impor beras, Perum Bulog melakukan impor secara bertahap dan terukur, dengan tetap memperhatikan masa panen dan neraca pangan perberasan. Apabila produksi di dalam negeri meningkat, Bulog pasti akan mengutamakan penyerapan dalam negeri.
Dalam penugasan impor dari pemerintah, Bulog melaksanakannya untuk menjaga kepastian pemenuhan Cadangan Pangan Pemerintah (CPB).
Isu Kualitas Beras Bulog
Akhir-akhir ini di media sosial beredar video singkat yang menayangkan seolah-olah kualitas buruk dari beras SPHP yang didistribusikan oleh Bulog.
“Kami menyatakan bahwa video tersebut tidak benar dan mengandung unsur hoaks karena tampak visual beras Bulog yang terdapat di pada tayangan video pendek tersebut sudah tidak beredar lagi di pasaran secara resmi,” ucap dia.
“Kita tidak lagi memakai brand Beras Kita untuk kegiatan SPHP maupun Bantuan Pangan 2024. Sedangkan video yang beredar ada kata Beras Kita. Itu kalau tidak salah produksi tahun 2021. Jadi itu video sudah lama,” sambung Bayu.
Dari Bulog sendiri ciri-ciri beras SPHP yang saat ini didistribusikan oleh BULOG secara luas adalah sebagai berikut:
(a) terdapat logo Badan Pangan Nasional (kiri atas) dan logo Bulog (kanan atas)
(b) terdapat tulisan Cadangan Beras Pemerintah (bagian tengah bawah)
(c) terdapat gambar semangkok nasi (kanan bawah)
(d) Keterangan Berat Bersih (Nett) (tengah bawah)
(e) Tulisan didistribusikan oleh Perum Bulog (kiri bawah).
Di luar ciri-ciri tersebut, kata Bayu,beras SPHP Bulog yang dimiliki adalah tidak asli dan tidak resmi sehingga di luar tanggung jawab Perum Bulog.