GAPKI Dorong Peningkatan Produktivitas Sawit Lewat PSR

0
replanting sawit
Replanting sawit.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)  mendorong peningkatan produktivitas sawit melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR).

Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono mengatakan, industri sawit saat ini dihadapkan berbagai tantangan, di antaranya adalah produktivitas yang cenderung menurun, sementara konsumsi dalam negeri terus meningkat.

“Meskipun industri sawit membanggakan, saya ingin sampaikan bahwa saat ini masih terdapat tantangan yang berpotensi menghambat kinerja dan peran penting industri sawit ke depan,” kata Eddy di Jakarta baru-baru ini.

Menurut Eddy, Indonesia bukan hanya sebagai produsen, tetapi juga konsumen minyak sawit terbesar di dunia. Pada tahun 2023, konsumsi dalam negeri naik sekitar 8,90 persen dari 21,24 juta ton pada 2022 menjadi 23,13 juta ton.

Sementara produksinya, walaupun meningkat 7,02 persen pada 2023 dibandingkan dengan 2022 yang mencapai 51,2 juta ton, sebenarnya produksi CPO dan PKO telah stagnan di sekitar 51 juta ton dalam periode 2019-2022.

“Ini adalah penting kita tidak tingkatkan produktivitas, karena kita tidak bisa melakukan ekspansi kebun sawit baru dengan segala tantangan yang ada. Jalan satu-satunya adalah peningkatan produktivitas,” kata Eddy.

Eddy mengatakan, GAPKI juga berencana mendatangkan elaeidobius kamerunicus faust atau kumbang yang membantu penyerbukan bunga kelapa sawit dari Afrika untuk menggeber produktivitas sawit ke depan.

“Sebagai peningkatan produktivitas ke depan, GAPKI bersama Ditjen Perkebunan didukung BPDPKS mulai tahun ini melakukan eksplorasi sumber daya genetis baru kelapa sawit dan mengupayakan mendatangkan serangga penyerbuk baru dari Afrika,” kata Eddy.

Menurut dia, serangga penyerbuk yang dipakai saat ini sudah dari zaman Belanda. Hasilnya produksi sawit relatif stagnan selama 2019-2022, hanya pada 2023 sedikit lebih tinggi mencapai 50,07 juta ton karena adanya penambahan areal tanaman menghasilkan (TM).

“Ternyata serangga yang serakarang ini kalau hujan sedikit sudah malas, tidak mau keluar. Nah, ini salah satunya kita mau mendatangkan serangga yang justru kalau hujan lebih giat untuk melakukan penyerburkan,” kata dia.

Dengan dukungan pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) dan BPDPKS, Eddy berharap, serangga penyerbuk baru ini bisa didatangkan pada tahun ini.

“Ini akan kami lakukan dan juga kita sudah kerja sama, Insyaallah tahun ini mudah-mudahan kita sudah bisa datangkan penyerbuk baru didukung oleh pemerintah melalui Kementan dan BPDPKS,” ucap dia.

Terkait dengan meningkatnya konsumsi biodiesel dalam negeri, Eddy menyarakan kepada pemerintah untuk mempertimbangkan membangun kebun sawit untuk energi (dedicated area) khususnya pada kawasan yang sudah terdegradasi.

Dengan begitu, sambung Eddy, kebutuhan minyak sawit untuk energi tidak menganggu kebutuhan untuk pangan, industri dalam negeri, dan ekspor.

Implementasi kebijakan Biodiesel (B35) yang secara efektif dilakukan pada Juli 2022 telah meningkatkan konsumsi minyak sawit sebesar 17,68 persen yakni dari 9,048 juta ton pada 2022 menjadi 10,65 juta ton di 2023.

Dengan diimplementasikannya B35, sambung Eddy, konsumsi biodiesel selama 2023 telah melampaui konsumsi untuk pangan dalam negeri. Sisi lain, ekspor minyak sawit juga mengalami penurunan.

Ekspor produk CPO dan PKO mengalami penurunan 2,38 persen dari 33,15 juta ton di 2022 menjadi 32,21 juta ton di 2023. Sementara itu, ekspor untuk biodiesel dan oleokimia mengalami kenaikan masing-masing sebesar 29 ribu ton dan 395 ribu ton.

“Kita melihat konsumsi kita naik terus, sehingga kita perlu melakukan ekspansi utamanya di derah-daerah terdegradasi untuk energi. Jadi, nanti tidak ada persaingan antara pangan dan energi,” imbuh dia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini