Majalah HORTUS Edisi 150 Maret 2025,..
Sebagai negara yang akan mengembangkan biodiesel dari B40 saat ini hingga menuju ke B50 hingga B100, Indonesia memang membutuhkan lahan sawit dalam luasan yang memadai. Sebab, dengan luas lahan sawit yang ada saat ini yakni sekitar 16 juta hektar, dianggap tak akan mampu menghasilkan minyak sawit dalam jumlah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku B50, apalagi B60 atau B100.
Gagasan untuk memperluas lahan sawit tersebut pernah diinisiasi Presiden Prabowo Subianto beberapa waktu lalu, dan belakangan ini digaungkan kembali oleh Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung.
Dalam rapat kerja dengan Komite II DPD-RI di Kompleks Senayan Jakarta, baru-baru ini, Yuliot mengatakan, peningkatan persentase pencampuran bahan bakar nabati untuk biodiesel membutuhkan perluasan lahan perkebunan kelapa sawit.
Pembaca majalah ini yang kami banggakan,
Rencana pemerintah Indonesia akan memperluas lahan sawit tersebut, coba kami kupas dalam Rubrik Laporan Utama Majalah HORTUS Edisi Maret 2025 ini.
Menurut kalkulasi yuliot, untuk mengembangkan biodiesel B50 dengan volume 19,73 juta kilo liter (KL), dibutuhkan minyak sawit sebanyak 17,9 juta ton dan perlu melakukan penambahan lahan seluas 2,3 juta hektar.
Produksi 23,67 juta KL Biodiesel B60 membutuhkan minyak sawit sebanyak 21,5 juta ton sehingga harus ada tambahan lahan sawit seluas 3,5 juta hektar. Sedangkan untuk memproduksi 39,45 juta KL Biodiesel B100, dibutuhkan minyak sawit sebanyak 35,9 juta ton dan tambahan lahan sawit seluas 4,6 juta hektar.
“Program kerja Kementerian ESDM sejalan dengan prioritas yang ditetapkan dalam Asta Cita Presiden, bagaimana ketahanan energi dan keberlanjutan hilirisasi dapat dilaksanakan. Kami melihat, untuk program B50, B60, hingga B100, akan memerlukan tambahan lahan sawit untuk penyediaan bahan baku,” paparnya.
Pembaca sekalian yang kami hormati,
Untuk Rubrik Liputan Khusus kali ini kami mencoba mengangkat tema Meraih Swasembada Gula Tak Bisa Dilakukan dengan Cara Instan. Dengan kata lain, untuk bisa mewujudkan swasembada gula dibutuhkan proses dan waktu yang tidak sebentar.
Zulkifli Hasan (Zulhas) yang dipercaya menjadi Menteri Koordinator Bidang Pangan dalam Kabinet Merah Putih pimpinan Prabowo, mengaku optimistis bahwa target produksi gula nasional yang ditetapkan sebesar 2,6 juta ton untuk tahun 2025, bakal terlampaui menjadi 2,7 hingga 2,8 juta ton. Di sisi lain, kebutuhan gula konsumsi nasional saat ini 3,1 juta ton.
“Kita kebutuhan nasional kan 3,1 juta ton untuk gula konsumsi, jadi kalau kita bisa 2,6 atau 2,8 juta ton, selisihnya 300 ribu ton. Tapi kita kan masih ada sisa stok ya, jadi cukup insyaallah kalau kita tahun 2025 tidak impor gula,” katanya.
Namun apa hendak dikata bila kondisi jelang Ramadan dan Lebaran tahun 2025 ini tak memungkinkan Indonesia menyetop impor gula lantaran stok gula yang dikuasai pemerintah relatif terbatas. Walhasil, pemerintah akhirnya memutuskan kembali akan melakukan impor gula kristal mentah (GKM) atau raw sugar pada tahun 2025 ini.
Di luar kedua rubrik andalan tersebut, seperti biasa kami juga menyajikan berita atau tulisan yang tak kalah hangat dan menarik di rubrik-rubrik lainnya.
Akhirnya, dari balik meja redaksi, kami ucapkan selamat menikmati sajian kami. ***
https://drive.google.com/file/d/1RAu0BVgCYjEJWQVPuir45WXGModccfOt/view?usp=sharing