Salah satu penelitian yang didanai Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dalam skema Grant Riset Sawit dari Institut Teknologi Bandung (ITB) memanfaatkan produk samping biodiesel sawit (gliserol) sebagai bahan markah jalan.
Penelitian ini dilakukan selama dua tahun (2022 – 2024) dan sudah dilakukan uji coba di jalan.
Ketua Peneliti dari ITB, Aqsha, ST, M.Sc, Ph.D, EIT melalui penelitian Grant Riset Sawit mengusungj udul ‘Formulasi Bahan Markah Jalan Berbahan Baku Produk Samping Biodiesel Sawit dan Gondorukem’.
“Melalui penelitian (Grant Riset Sawit), kami melakukan pengembangan produk markah jalan (cat markah jalan) yang biasanya berwarna putih atau kuning dari gondorukem yaitu turunan dari getah pinus. Namun, pada penelitian ini kami modifikasi menggunakan gliserol merupakan produk sampingan dari industri biodiesel sawit,” ujarnya, saat paparan di acara Perisai 2024, yang diadakan BPDPKS, di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), pada Kamis (3 Oktober 2024).
Diketahui, dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan tim peneliti dari ITB bekerjasama dengan PT Perhutani PPCI (Pemalang) dan PT HK Aston. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan salah satunya melakukan survei ke area pabrik dan perkebunan pinus di Pemalang.
“Kami mengambil sampel gondorukem yang selanjutnya kami modifikasi dan analisa berbagai sifatnya, selanjutnya digunakan sebagai bahan campuran pembuatan markah jalan,” jelas Aqsha.
“Gondorukem yang dihasilkan dari distilasi getah pinus akan dimodifikasi dengan gliserol yang merupakan produk samping industri biodiesel sawit. Dihasilkan suatu adhesif yang sesuai dengan standar sehingga dapat digunakan untuk campuran produk markah jalan,” imbuhnya, saat menyampaikan paparan.
Untuk membutktikan hasil penelitian (bahan campuran pembuatan markah jalan) dilakukan uji coba. Pada Oktober 2023, dilakukan pengecatan cat markah jalan pertama pada bioaspal di dalam kampus ITB. Selanjutnya, pada November 2023, uji coba kembali dilakukan bersama Perhutani dan HK Aston, melakukan pengecatan cat markah jalan kedua pada bioaspal dengan menggunakan formulasi yang berbeda.
Sementara, di tahun 2024 melalui sinergi BUMN antara PT Perhutani dan PT HK Aston kami menyiapkan bahan marka jalan sebesar 2 tol untuk pengetesan jalan tol bersama PT Bakahaueni Terbanggi Besar Toll Road di Lampung. Pengetesan jalan tol ini dilakukan pada tanggal 10 September 2024, sepanjang 1 km dan disaksikan oleh perwakilan dari BPDPKS dan Asosiasi Inventor Indonesia (AIA).
“Produk ini telah diuji di Balai Besar standarisasi dan Pelayanan jasa industri bahan dan barang teknik dan telah memenuhi standar Asto M24998 sehingga dapat digunakan di jalan tol,” kata Aqsha.
“Hasil (produk) dari penelitian sudah kami uji cobakan (road test) di jalan aspal dan bioaspal serta jalan tol yang ada di Lampung. Ke depan kami akan melakukan berbagai analisa di lab dan formulasi lebih lanjut untuk meningkatkan kualitas produk markah jalan buatan dalam negeri sebagai hasil sinergi dari BUMN dan ITB,” pungkas Aqsha