Sapi Merah Putih Sudah Tembus 80 Ekor

0
Ilustrasi sapi Merah Putih. Dok: Kementan

Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat bahwa sebanyak 80 ekor sapi Merah Putih telah berhasil dikembangkan melalui hasil seleksi dan penelusuran genetik dari sapi Friesian Holstein (FH) yang dijaring langsung dari masyarakat peternak.

“Sapi Merah Putih ini masih dalam proses pengembangan dan akan terus kita tingkatkan ke depannya. Saat ini, kalau tidak salah, sudah ada sekitar 80 ekor sapi Merah Putih,” ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Agung Suganda, saat ditemui di Tangerang, Rabu (27/9).

Agung menjelaskan bahwa pengembangan sapi Merah Putih merupakan hasil kolaborasi antara IPB University, PT Moosa Genetika Farmindo, dan Balai Embrio Ternak Cipelang, yang semuanya berada di bawah koordinasi Ditjen PKH.

“Ini hasil seleksi genetik dari sapi-sapi FH yang memiliki minimal empat kandungan genetik ideal, yaitu kesehatan hewan, kemampuan reproduksi, ketahanan terhadap panas, serta reproduksi yang cepat,” jelas Agung.

Agung menerangkan bahwa penamaan sapi Merah Putih sengaja dipilih untuk menonjolkan perbedaan dan identitas khas yang membedakannya dari sapi perah lainnya.

“Nah, coba kita namakan Sapi Merah Putih karena memang ya kita ingin ada beda,” ungkapnya. 

Indonesia secara resmi meluncurkan Sapi Merah Putih pada Jumat, 29 Agustus 2025. Sapi ini dikembangkan melalui seleksi genetik unggul dari sapi perah lokal, sehingga memiliki ciri tubuh yang lebih tinggi, tahan terhadap suhu panas, dan menghasilkan emisi metana yang lebih rendah.

Menurut Guru Besar Fakultas Peternakan IPB University, Epi Taufik, proses rekayasa genetik yang dilakukan bukanlah memindahkan gen secara langsung, melainkan mendeteksi dan memperkuat gen-gen yang memiliki fungsi tertentu.

“Jadi, dalam rekayasa genetik ini bukan copot tempel ya. Kita deteksi dulu mana gen yang tahan panas, lalu di-boost. Gen yang menghasilkan metana (CH4) rendah juga kita tingkatkan,” ujarnya dalam webinar Praktik Peternakan Berkelanjutan.

Menurut Epi, memilih ternak dengan emisi metana rendah adalah langkah penting untuk membantu sektor peternakan beradaptasi sekaligus mengurangi dampak perubahan iklim, mengingat metana memiliki potensi pemanasan global yang jauh lebih besar dibandingkan karbon dioksida.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini