Sawit Kaya Gizi dan Bebas Trans Fat, Perlu Dukungan Pemerintah

0

Kelapa sawit memiliki potensi besar untuk dimaksimalkan mengisi kebutuhan gizi di Indonesia dan dunia.

Ada tiga keunggulan sawit yaitu komoditas sawit bersifat versatile (produk serba guna), bebas trans fat, dan kaya fitonutrien (vitamin A dan E). Dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi gizi minyak sawit.

Prof Purwiyatno Hariyadi, Guru Besar IPB University mengungkapkan kelapa sawit telah memberikan kontribusi tinggi bagi pemenuhan gizi di Indonesia dan dunia. Sampai sekarang, sekitar 75%-85% penggunaan minyak sawit ditujukan kepada sektor pangan. Disinilah peranan sawit untuk menjadi sumber makanan supaya mencegah kelaparan sebagaimana tertuang dalam prinsip Sustainable Development Goals (SDG’s).

“Keunggulan minyak sawit punya keseimbangan saturated fats dan unsaturated fats. Tapi, keunggulan ini belum dikomunikasikan secara baik kepada masyarakat. Akibatnya, bermunculan isu negatif sawit dari aspek kesehatan. Oleh karena itu, dibutuhkan riset kuat untuk meng-counter isu tadi,” ujar dalam Dialog Webinar Majalah Sawit Indonesia bertemakan “Kontribusi Sawit Bagi Pemenuhan Gizi Indonesia dan Dunia”, Selasa (23 Februari 2021).

Dialog ini menghadirkan empat pembicara lainnya yaitu Prof. Posman Sibuea (Guru Besar Universitas Katolik Santo Thomas), Dr. Dhian Dipo, Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes RI, Prof. Sri Raharjo, Guru Besar UGM, Fajar Marhaendra, R&D Product Application Manager APICAL Group (PT Asianagro Agungjaya).

Purwiyatno menjelaskan bahwa minyak sawit mempunyai peluang untuk menjawab kebutuhan bebas trans fat (asam lemak). WHO menetapkan larangan trans fat pada 2023 mendatang. Ini merupakan bagi peluang bagi minyak sawit untuk mengisi kebutuhan tersebut.

“Karena secara natural, minyak sawit itu trans fat free. Untuk mencapai ini, WHO melakukan berbagai upaya lewat promosi dan menciptakan legislasi untuk menghindari lagi konsumsi trans fat,” ujar Purwayitno.

Menurut Purwiyatno, kemampuan minyak sawit untuk dijadikan produk serba guna(versatile), bebas trans fat, dan kaya fitonutrien belum menjadi perhatian pemerintah untuk didukung melalui program dan kebijakan. Sebagai contoh, para peneliti di Spanyol telah membuat konsensus bahwa tidak ada bukti mengaitkan konsumsi sawit dengan resiko kanker tinggi terhadap kematian manusia.

“Potensi sawit sangat tinggi peluangnya untuk menyelesaikan masalah SDG’s Indonesia. Syaratnya menjamin keamanan pangan. Ada program nasional bahwa minyak sawit di Indonesia mempunyai 3-MCPD dan GE rendah. Lalu, perlu mendorong riset. Dengan dukungan konsensus pakar untuk menyusun status sawit sebagai kandungan makanan dan kesehatan. Tujuannya menjadi referensi baik di dalam dan luar negeri

Tetapi, kata Purwiyatno, pemerintah Indonesia belum punya peta jalan (road map) untuk mengisi peluang tersebut. Padahal, ada peluang keunggulan fitonutrien dalam minyak sawit.”Belum ada rencana pengembangan ke arah tersebut. Lalu vitamin A di dalam sawit tidak dioptimalkan maksimal. Malahan, pemerintah membuat program fortifikasi lewat vitamin A sintetik. Padahal, minyak sawit secara natural sudah kaya vitamin A,” tuturnya.

Prof Posman Sibuea Guru Besar Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara menyatakan pemerintah Indonesia harus menjaga kelapa sawit dari kampanye hitam karena bisa menurunkan minat masyarakat untuk mengkonsunsumsinya. Peredaran produk makanan berlabel No Palm Oil akan merugikan pelaku industri termasuk juga petani. Ancaman label palm oil free itu muncul sejak tahun 2017 hingga kini terus terjadi. Sebagai contoh, Pod Chocolate yang mencantumkan label No Palm Oil di kemasan salah satu produk. Produk ini dimiliki oleh ekspatriat yang membuka bisnisnya di Bali.

“Pencantuman label No Palm Oil jelas melanggar regulasi pemerintah seperti UU Pangan dan peraturan BPOM. Seharusnya, pemerintah melalui BPOM dapat menindak tegas perusahaan yang mencantumkan label No palm Oil,” jelas Posman.

Posman menuturkan bahwa sawit ini merupakan minyak masa depan sebagai golden crop. Produktivitasnya sangat tinggi dibandingkan minyak nabati lain. “Produktivitas minyak sawit tiga sampai empat kali lebih tinggi daripada minyak kedelai dan bunga matahari,” ujar dia.

Dia menambahkan bahwa kampanye negatif terhadap sawit kian gencar karena harganya murah dan tidak sebagus dengan minyak nabati lain.” Akhirnya muncul isu minyak sawit penyebab penyakit jantung dan kegemukan, sehingga minyak sawit dilabeli tidak menyehatkan,” ujar Posman.

Sementara itu, Dr. RR Dhian Dipo, Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat stunting sebanyak 144 juta anak, 47 juta anak kurang gizi dan 38 juta anak kelebihan gizi. Indonesia saat ini mengalami masalah kekurangan zat gizi mikro pada anak, trutama kekurangan vitamin A.

“Ini menyebabkan menurunkan daya tahan tubuh pada balita, sehingga anak mudah sakit, asupan makanan berkurang dan akibatnya terjadi stunting atau bertubuh pendek. Selain itu, ada permasalahan kognitif pada anak usia dua tahun,” ungkap Dhian.

Pemerintah mempunyai strategi penurunan stunting, salah satunya program fortifikasi pangan. “Fortifikasi garam, tepung terigu, minyak goreng vitamin A, dan beras,” kata dia.

Prof. Sri Raharjo Guru Besar Universitas Gadjah Mada menjelaskan bahwa kandungan fitonutrien di dalam minyak sawit merah seperti tokoferol, tocotrienol, dan karoten sangat bermanfaat untuk meningkatkan sistem daya tahan tubuh di kala pandemi. Ketiga unsur fitonutrien ini banyak diapresiasi untuk memperbaiki daya tahan.

“Jika bicara memperbaiki daya tahan dapat melalui asupan pangan. Dapat juga dengan pendekatan lain, bahwa fitonutrien tadi dapat diposisikan immune booster. Ini digunakan bagi yang orang kekurangan gizi,” ujarnya.

Fajar Marhaendra, R&D Product Appication Manager Apical Group menjelaskan Apical berkomitmen menghasilkan produk pangan yang low trans dan zero trans. Saat ini juga dikembangkan teknologi Inter-esterifikasi enzimatis dengan tujuan menghasilkan produk Lebih sehat, tanpa asam lemak dan ramah lingkungan. Produk APICAL di masyarakat dapat dijumpai antara lain minyak goreng, margarin, dan minyak samin.

Dari aspek sustainability, dikatakan Fajar, perusahaan memberikan solusi terbaik untuk memastikan konsumen membeli produk yang mengandung minyak sawit berkelanjutan dan tersertifikasi. Perusahaan telah memiliki sertifikat sesuai tuntutan global seperti HACCP, RSPO, ISCC, dan sertifikat halal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini