Bulog Serap 544.995 Ton Setara Beras hingga Maret 2025

0
Buruh pabrik penggilingan menjemur gabah di lapangan terbuka. (Foto: Kementan)

Perum Bulog terus menunjukkan keseriusannya dalam menyerap gabah dari petani. Hingga 23 Maret 2025, perusahaan pelat merah ini telah berhasil menyerap sebanyak 544.995 ton setara beras dari dalam negeri.

Wakil Direktur Utama Perum Bulog RI, Mayjen TNI (Purn) Dr. Marga Taufiq menjelaskan, penyerapan tersebut terdiri dari 572.686 ton gabah kering panen (GKP) dan 239.295 ton beras.

Taufiq menyakini, realisasi serapan ini terus meningkat seiring dengan pengadaan yang dilakukan secara masif oleh Perum Bulog di seluruh wilayah Indonesia.

“Sebagai perbandingan, serapan gabah dan beras atau setara beras di delapan tahun terakhir membuktikan bahwa Perum Bulog serius mengambil bagian dalam mewujudkan swasemada pangan khususnya pada komoditas beras,” kata Taufiq dalam rapat dengar pendapat (RDP) di Senayan, Jakarta, Senin (24/3).

Berdasarkan Surat Kepala Bapanas, Bulog ditugaskan menyerap 3 juta ton setara beras tahun ini, dengan harga pembelian pemerintah Rp 6.500 per kilogram untuk GKP di tingkat petani dan Rp 12.000 per kilogram untuk beras di gudang Bulog.

“Harga pembelian pemerintah, yang pertama gabah kering panden atau GKP di tingkat petani Rp 6.500 per kilogram dan beras di gudang Bulog Rp 12.000 per kilogram,” jelas Taufiq.

Lebih lanjut, Taufiq menjelaskan bahwa dalam rangka penugasan ini, pihaknya telah menyusun strategi pengadaan dan penyerapan gabah beras sebagai berikut.

Pertama, Bulog menjalin sinergi pengadaan gabah atau beras di Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor Cabang (Kancap) Perum Bulog dengan petani, poktan-gapoktan, melalui kerjasama mitra makloon dan beberapa asosiasi.

“Memang Bulog saat ini masih terbatas tentang fasilitas dryer (pengeringan), sehingga kita perlu bersinergi dengan mitra-mitra pengilingan yang mempunyai fasilitas dryer,” ujar Taufiq.

Kedua, Perum Bulog menerjunkan personil ke lapangan untuk mengoptimalkan penyerapan gabah beras melalui tim jemput gabah, yang bekerja sama dengan tim LO (liaison officer) atau penghubung yang dibentuk oleh Bulog sendiri untuk kepentingan penyerapan tersebut.

Ketiga, strategi yang diterapkan Bulog adalah melibatkan jajaran TNI-Polri dan pemerintah daerah di lapangan untuk memperkuat upaya penyerapan gabah petani secara maksimal.

“Seperti diketahui bahwa kami selama ini memang Bulog itu lebih orientasinya adalah personil yang menjaga gudang dengan jumlah personil yang ada,” tutur Taufiq.

Selanjutnya, strategi yang diterapkan Bulog adalah pembentukan posko pengadaan di Kanwil dan Kancap guna mempermudah koordinasi antara Bulog dengan petani, poktan, atau gapoktan.

“Kami juga memonitoring harian untuk memudahkan kontrol dan akselerasi penyerapan gabah dan beras dalam negeri di posko terpusat kantor pusat Bulog,” imbuh Taufiq.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini