Tanaman teh yang biasanya tumbuh di daerah ketinggian ternyata mampu tumbuh di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang hanya memiliki ketinggian di bawah 200 m d.p. Tumbuhnya teh di Sintang menjadi harapan baru bagi masyarakat untuk menggapai kesejahteraan mereka di saat rendahnya harga sawit dan karet.
Hal tersebut disampaikan Bupati Sintang, Jarot Winarno saat meninjau lahan percontohan atau demplot teh yang merupakan kerjasama Pemerintah Kabupaten Sintang, Solidaridad dan Keling Kumang Grup di Desa Sepulut, Kecamatan Sepauk, baru-baru ini.
Hadir dalam peninjauan tersebut, Harry Hendrarto dari Indonesia Tea Marketing Association (ITMA), Country Manager Solidaridad Kulbir Mehta, Pengurus MG Keling Kumang Grup, dan jajaran Pemkab Sintang.
Dalam kesempatan tersebut, Jarot Winarno mengajak para petani di Sintang untuk mencoba mengembangkan potensi tanaman teh yang saat ini demplot tehnya sudah dibangun di Desa Sepulut, Kecamatan Sepauk dan tumbuh cukup subur.

Hal ini dinilai Jarot menjadi angin segar bagi upaya pengembangan sektor perkebunan teh di Sintang. Terlebih saat ini teh di Indonesia rata-rata didatangkan dari Vietnam dan Thailand karena di Indonesia dalam setahun perlu 155 ribu ton teh, namun produksi teh Indonesia hanya 80 ribu ton per tahun, jadi masih kurang 70 ribu ton. Sehingga untuk memenuhinya harus didatangkan dari luar.
“Malu rasanya kita ini, karena tanah air kita ini masih luas, nah ini kesempatan kita untuk kembangkan, kemarin saya dibawa pak Kulbir dan kawan-kawan untuk melihat demplot teh di Sepulut, sebelum simpang Manis Raya. Di sana tumbuh subur tehnya, jadi itu bisa nanti dikembangkan para petani, kesempatan itu,” kata Jarot.
Selain sebagai potensi yang bisa di kembang, lanjut Jarot, komoditi teh ini juga bisa menjadi salah satu sektor pendapatan lain ekonomi jika dikembangkan, mengingat harga komoditi utama mata pencaharian masyarakat seperti karet dan sawit, harganya sering fluktuatif atau tidak stabil dan juga tanaman teh ini cocok dengan konsep agrowisata yang terus dikembangkan di Kabupaten Sintang. Ia menilai dataran rendah menjadi indah jika ditanami teh.
“Jika ada sisa-sisa lahan bolehlah kita coba tanam teh ini, boleh juga digabung sama tanaman lain, misalnya tanaman sahang, dengan karet, tanaman jeruk juga bisa. Jadi saya optimislah teh ini bisa berkembang di Sintang, karena ada Solidaridad, Keling Kumang, Asosiasi Teh Indonesia yang bantu kita,” paparnya.
Menurut Jarot, Pemerintah Kabupaten Sintang memberikan dukungan penuh adanya lahan percontohan atau demplot teh di Desa Sepulut tersebut. Diharapkan komoditas ini menjadi harapan baru bagi pengembangan ekonomi masyarakat Sintang di saat harga sawit dan karet anjlok. Padahal selama ini sawit dan karet menjadi andalan untuk menopang ekonomi masyarakat Sintang.
Dirinya pun terkejut ketika melihat teh yang ditanam di lahan milik salah satu warga Desa Sepulut ini tumbuh dengan subur.
“Saya terkejut pas datang lihat teh yang ditanam ini tumbuh subur, karena dulu kita waktu kecil baru nonton di televisi yang namanya kebun teh biasanya ada di gunung-gunung kan. Ini rupanya di dataran rendah pun bisa tumbuh subur begini,” kata Jarot.
Oleh karenanya, menurut Jarot, teh tersebut perlu dan bisa dikembangkan di daerah lain, karena di Desa Sepulut saja tanaman teh itu bisa tumbuh subur terlebih juga jika ditanam di daerah lain maka bisa diprediksikan akan memiliki potensi yang cukup besar.
“Itu di Desa Sepulut, apa lagi kalau nanamnya di kaki Bukit Keburau, di Bukit Belubuk juga kita tanam, sekitaran Bukit Saran, Bukit Kujau, Condong atau di Bukit Kelam misalnya, mungkin lebih subur lagi,” ucap Jarot.
Sementara itu, Country Manager Solidaridad, Kulbir Mehta mengatakan, pihaknya mencoba memperkenalkan komoditas teh yang baru untuk Kabupaten Sintang, dengan harapan teh ini nantinya bisa membantu memberikan jaminan ataupun pendapatan alternatif masyarakat.
Kulbir pun menjelaskan tanaman teh ini sangat ramah lingkungan, karena di satu sisi teh ini bisa berfungsi sebagai penyerap karbon kemudian juga bisa mencegah erosi tanah dan juga menyerap air.
“Kami lihat teh di pasar di sini banyak datang dari Jawa atau pun ada yang biasanya dari luar negeri seperti Vietnam atau dari mana gitu kan. Nah kami ingin teh itu harusnya datang dari daerah ini sendiri yaitu teh asli orang Kalimantan,” ucapnya.
Kulbir mengucapkan terima kasih atas dukungan dari asosiasi marketing teh Indonesia bersama-sama dengan Solidaridad dan juga Keliang Kumang Grup (KKG) serta Pemerintah Kabupaten Sintang dan berharap program ini menjadi sukses ke depannya.
Menurut Kulbir, teh yang ditanam di Desa Sepulut ini jenis teh Upasi Sembilan yang merupakan teh khusus untuk dataran rendah. Bibitnya dibawa dari Jawa Tengah, namun teh ini berasal dari India Selatan yang dibawa ke Jawa Tengah sejak 20 tahun lalu untuk dikembangkan dan untuk di Kabupaten Sintang baru diperkenalkan tahun ini di Desa Sepulut, Kecamatan Sepauk.
“Total yang ditanam disini ada 80 pokok teh, namun yang jadi atau tumbuh subuh sekitar 50 pokok, dan tadi kita dialog dengan pak bupati bahwa teh ini akan dikembangkan di daerah lain di Kabupaten Sintang ini,” papar Kulbir.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Sintang, Veronica Ancili menyampaikan bahwa demplot teh di Desa Sepulut, Kecamatan Sepauk ini merupakan program kerjasama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang dengan Solidaridad dan Keling Kumang.
Dia mengatakan bahwa uji coba tanaman teh ini dimulai dari demplot. Melihat di Desa Sepulut ini tehnya tumbuh subur maka akan ditanam juga demplot teh ini di daerah lain seperti di Kecamatan Kelam Permai.
“Kita melihat potensinya cukup baik, ini demplot ya atau percontohan. Melalui demplot ini juga ya kita lakukan sebagai wadah sosialisasi ke masyarakat bahwa ada komoditi baru yang bisa dikembangkan di Kabupaten Sintang,” ujarnya.
Veronica berharap selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Sintang, tanaman teh ini nantinya juga bisa memenuhi suplai teh yang memang selama ini terjadi kekurangan di Indonesia.
Harry Hendrarto dari Indonesia Tea Marketing Association (ITMA) menyambut gembira pengembangan teh di Sintang. Menurutnya, pengembangan teh di Sintang bisa menjadi alternatif lain dalam menyejahterakan masyarakat yang selama ini ditopang oleh sawit dan karet.
“Di saat harga sawit dan karet rendah, komoditas teh bisa menjadi alternatif lain dalam menyejahterakan masyarakat,” kata Harry.
Menurut Harry, tanaman teh cukup mudah dikembangkan oleh petani dibandingkan dengan komoditas kakao misalnya. Apalagi nilai keekonomiannya cukup tinggi. Dia berharap pengembangan teh di Sintang bisa menjadi bagian dari sabuk perbatasan yang sedang dibangun pemerintah.
“Teh di Sintang bisa menjadi sabuk perbatasan sekaligus bisa mensejahterakan masyarakat,” jelasnya. ***SH, TOS