
Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Yadi Sofyan Noor, mengungkapkan bahwa meskipun menghadapi musim kemarau ekstrem, petani tetap semangat berproduksi. Hal ini terlihat dari kondisi pertanaman padi yang semakin membaik.
Berdasarkan data survei Kerangka Sampel Area (KSA) dari BPS, luas panen padi pada Agustus diperkirakan mencapai 0,94 juta hektare dengan produksi 4,62 juta ton, sementara pada September diperkirakan seluas 1 juta hektare dengan produksi 5,14 juta ton.
“Kondisi pertanaman padi ini tentunya relatif lebih bagus dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Di tahun lalu, luas panen padi bulan Agustus 0,86 juta hektare dan September 0,84 juta hektar,” ujar Sofyan di Jakarta, Kamis (8/8).
Sofyan optimis bahwa produksi beras pada Agustus dan September 2024 akan surplus. Data KSA BPS memperkirakan produksi beras Agustus mencapai 2,66 juta ton dan September 3 juta ton, sementara konsumsi beras nasional selama dua bulan tersebut adalah 2,58 juta ton per bulan. Ini berarti ada surplus beras sebesar 0,08 juta ton di Agustus dan 0,38 juta ton di September.
“Artinya apa? prediksi panen ini lebih baik dibanding tahun lalu. Sebab Produksi beras pada Agustus 2023 mengalami difisit,” kata dia.
Sofyan juga mencatat bahwa program pompanisasi nasional yang dijalankan oleh Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman membantu petani menghadapi dampak kemarau dengan menyediakan air untuk pertanian.
“Di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur meskipun kemarau tapi tetap ada panen dan tanam, ada di kisaran 100 sampai 200 ribu hektare panen tiap provinsi dan pada daerah irigasi teknis bahkan ada yang tanam 3 kali setahun,” kata dia.
Sofyan menambahkan bahwa pompanisasi memungkinkan lahan tadah hujan di Cianjur dan Garut untuk tetap bisa bertanam padi.
“Bahkan pantauan kami terlihat lahan tadah hujan di daerah Cianjur dan Garut itu bisa bertanam padi karena ada pompanisasi,” kata Sofyan.