
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan bantuan stimulan kepada petani gagal panen di GOR Bung Karno, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (23/01).
Dalam sambutannya, Presiden Jokowi berharap uang bantuan tersebut dapat segera diterima oleh para petani sehingga para petani bisa segera menanam padi.
“Moga-moga dalam waktu yang sangat dekat realisasi uangnya bisa segera diterima para petani dan langsung bisa dipakai untuk tandur, tanam, tandur, tanam, dan segera panen. Kalau sudah panen kita tidak usah banyak impor-impor lagi dari negara lain karena mereka juga sekarang ini juga mengerem semuanya, enggak jual berasnya,” ujar Presiden.
Jokowi menjelaskan, saat ini dampak perubahan iklim telah dirasakan oleh semua negara di dunia. Kekeringan panjang maupun banjir telah menyebabkan banyak negara mengalami gagal panen, sehingga produktivitas padinya menurun, termasuk di Indonesia.
Akibat perubahan iklim tersebut, lanjut Jokowi, sedikitnya 22 negara menghentikan kebijakan ekspor berasnya dan memilih untuk mengamankan stok berasnya untuk kebutuhan dalam negerinya.
“Dua puluh dua negara sekarang ini menghentikan ekspor, menghentikan menjual berasnya kepada negara lain. Kalau penduduk sebuah negara hanya 10 juta, 25 juta, gampang. Kita ini 280 juta harus makan semuanya,” jelasnya.
Oleh sebab itulah, Jokowi menekankan penting petani bagi negara terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. “Oleh sebab itu, peran bapak-ibu para petani itu sangat penting sekali bagi negara ini,” ujarnya.
Untuk membantu petani agar memiliki kekuatan menanam kembali pascabencana, pemerintah melalui Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) memberikan bantuan stimulan sebesar Rp 8 juta per hektare.
“Untuk yang terdampak El Nino, banjir, dan sekarang ini ada kekeringan agak panjang, di Jawa Tengah itu ada 16 ribu hektare dan penerima pada hari ini adalah Kabupaten Grobogan, Kudus, Jepara, Demak, dan Pati,” kata Jokowi.
Mantan gubernur DKI Jakarta itu pun berharap bantuan tersebut bisa meningkatkan produktivitas para petani.
“Bantuan yang diberikan ini juga sudah dihitung Rp 8 juta per hektare, sudah dihitung jadi Jenderal Suharyanto enggak mungkin keliru menghitungnya, pasti benar. Itu biaya produksi nggih. Nanti moga-moga bapak ibu dalam 3-4 bulan yang akan datang segera panen kemudian dari situlah produktivitas bisa kita naikkan,” tandasnya.