Mentan Amran Ingatkan Dampak Serius Harga Gabah di Bawah HPP

0
Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman pada Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Rabu, 4 Desember 2024. (Foto: Kementan/Majalah Hortus)

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, memperingatkan dampak serius yang akan terjadi jika gabah petani terus dibeli dengan harga di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang sebesar Rp 6.500 per kilogram.

Mentan Amran menegaskan bahwa selain merugikan petani, harga gabah yang tidak sesuai dengan HPP berisiko menurunkan luas tanam padi di masa depan.

“Kenapa? Karena harga. Petani akan beralih menanam sayuran yang lebih menguntungkan, khususnya di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat,” tutur Mentan Amran dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (23/1).

Berdasarkan pemantauan Kementerian Pertanian (Kementan), sekitar 70 persen harga gabah pada awal panen saat ini masih berada di bawah HPP. Mentan Amran pun sangat prihatin, mengingat pemerintah sudah menggelontorkan subsidi sebesar Rp 144 triliun dan ‘memaksa’ petani untuk terus menanam.

“Ini sangat tidak baik bagi petani kita. Kita sudah memberikan subsidi Rp 144 triliun, kita sudah ‘paksa’ petani menanam. Tapi setelah mereka produksi dan surplus, kita malah ‘abaikan’ mereka,” ujar Amran dengan nada prihatin.

Sebelumnya, dalam Rapat Koordinasi Terbatas Bidang Pangan di Jakarta, Rabu (22/1), Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan meminta Perum Bulog untuk menyerap gabah petani dengan harga Rp 6.500 per kilogram.

“Ini soal harga, kita harus segera tangani. Pemerintah sudah memutuskan, Bapak Presiden perintah agar Bulog semua membeli dengan harga Rp 6.500 per kilogram. Itu harus segera,” kata Menko Zulhas.

Menko Zulhas juga meminta perusahaan Pelat Merah ini untuk memaksimalkan penyerapan hasil panen petani pada Januari, Februari, dan Maret, mengingat pada periode ini diperkirakan produksi akan meningkat hingga 50 persen.

“Produksi kita, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Januari akan meningkat 50 persen. BPS ya, BPS 50 persen jadi meningkat, baik jagung maupun beras atau gabah,” jelas Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) ini.

Zulhas menjelaskan, produksi beras, gabah, dan jagung diperkirakan meningkat hingga 50 persen pada Januari dibandingkan periode sebelumnya. Kenaikan ini diprediksi akan terus berlanjut pada Februari dan Maret, dengan peningkatan lebih dari 50 persen.

Namun, dia mengakui, produksi diperkirakan sedikit menurun pada  April. Meski demikian, meski ada penurunan, produksinya masih tetap mengalami kenaikan sekitar 15 persen dibandingkan tahun lalu.

“Nah, disepakati Bulog, memang harus membeli sebanyak 3 juta ton dalam waktu yang pendek ini, yaitu Januari, Februari, Maret, April 3 juta ton harus menyerap dalam bentuk beras. Kalau gabah tentu lebih banyak lagi, sudah diputuskan gabah Rp 6.500 per kilogram,” kata Zulhas.

Sementara itu, Perum Bulog menyatakan akan menyerap hasil produksi petani dengan sesuai kriteria yang telah ditetapkan di dalam Keputusan Badan Pangan Nasional (Kepbadan) Nomor 2 Tahun 2025.

Direktur Utama Perum Perum Bulog, Wahyu Suparyono mengatakan, Bulog akan membeli gabah di harga Rp 6.500 per kilogram, dengan maksimal kadar air 25 persen dan kadar hampa maksimal 10 persen.

Di samping itu, Bulog juga diberikan keleluasaan menyerap gabah di luar kualitas yang telah ditetapkan HPP melalui kebijakan rafaksi harga gabah, yang juga diatur di dalam Kepbadan Nomor 2 Tahun 2025.

Rafaksi sendiri merupakan pengurangan terhadap harga gabah yang dijual ke Perum Bulog karena mutunya lebih rendah dari standar yang ditetapkan.

“Namun, pada saat kadar air di atas 26-30 persen dan kadar hampa 11-15 persen itu kita tetap beli atau serap dengan harga Rp 5.750 per kilogram sesuai ketentuan rafaksi harga,” kata Wahyu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini