
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman menegaskan komitmennya untuk meningkatkan produktivitas pertanian yang masih rendah. Hal ini untuk memperkuat ketahanan pangan dan kesejahteraan petani di seluruh Indonesia.
Langkah konkret tersebut ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) antara Kementerian Pertanian (Kementan) dan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) untuk membentuk tim khusus peneliti.
“Intinya adalah semua komoditas pertanian yang produktivitasnya rendah nanti akan diteliti, dengan membentuk tim khusus dari seluruh perguruan tinggi yang akan melakukan penelitian secara berkelanjutan,” ujar Mentan Amran usai memberikan arahan pada Forum Diskusi Perguruan Tinggi di Auditorium Gedung F Kementan, Jakarta Senin (24/2).
Mentan Amran mencatat ada 10 komoditas pertanian yang akan diserahkan kepada Kemdiktisaintek untuk dinaikkan produktivitasnya. Di antaranya adalah bawang putih, sapi, kedelai, ubi kayu, kentang, padi, gandum dan beberapa komoditas lainnya.
“Nah, itu rencana kita ada tadi 10 komoditas kami serahkan ke Mendiktisaintek ini butuh penelitian pendalaman dan beliau sudah setuju,” kata Mentan Amran.
Pria berdarah Bugis ini mengatakan, penelitian ini akan dilakukan secara berkesinambungan dan konsisten untuk mendapatkan hasil produksi yang optimal dan meningkatkan kualitas komoditas pertanian di Indonesia.
“Kita kerjasama teliti terus menerus. Jadi, ini berkesinambungan penelitiannya, mungkin sampai 100 tahun, seperti Belgian Blue yang beratnya 2 ton itu, sudah 200 tahun diteliti, tapi berkesinambungan, konsisten, dan persisten,” ujar Mentan Amran.
Mentan Amran menjelaskan, penelitian yang dilakukan ini bukan dimulai dari nol, melainkan melanjutkan riset yang sudah ada untuk meningkatkan produktivitas komoditas pertanian.
“Sekarang, penelitian tidak dimulai dari nol. Misalnya, untuk padi di IPB sudah mencapai 13 ton, dan itu akan dilanjutkan untuk jangka pendek, menengah, dan panjang. Kenapa? Karena sekarang sudah ada hasilnya. Contohnya kedelai, itu fokus jangka panjang. Jagung sudah ada, tinggal diteruskan. Siapa tahu, dalam 15 atau 20 tahun ke depan, hasilnya bisa lebih meningkat,” ujar Mentan Amran.
Terkait anggaran, Mentan Amran menegaskan, dana untuk penelitian ini tidak ada kendala. Ia menjelaskan bahwa pendanaan berasal dari berbagai sumber, termasuk Kementerian Pertanian, Menristekdikti, serta kampus-kampus yang terlibat.
“Anggaran nggak masalah, sekarang penelitiannya yang perlu diarahkan. Contohnya, bawang putih mungkin ada peneliti dari IPB, tapi leading sector-nya satu perguruan tinggi, seperti IPB untuk padi, Unhas untuk jagung, kemudian UGM untuk kedelai. Lalu, ada Universitas Andalas untuk gandum, dan Universitas Riau untuk sapi. Peneliti yang ada di IPB yang meneliti sapi ini, akan berkolaborasi dengan Unram,” jelas dia.
Mentan Amran mengakui, untuk mencapai produktivitas yang optimal, prosesnya tidak bisa instan. Diperlukan waktu yang cukup panjang, bisa 5, 10, bahkan 20 tahun. Namun, yang terpenting adalah memiliki visi yang jelas dan komitmen untuk terus maju.
“Ini yang kita kejar, dan saya yakin pasti bisa tercapai jika semua peneliti dan dosen terlibat,” tegas Mentan Amran.





























