
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menyoroti adanya anomali dalam kenaikan harga beras. Meski stok beras melimpah, harga beras justru terus merangkak naik.
Hal ini disampaikan Mentan Amran pada peluncuran Operasi Pasar Pangan Murah di Kantor Cabang Utama PT Pos Indonesia Jakarta Flora, pada Senin (24/2).
Mentan Amran menjelaskan, stok beras di Gudang Bulog saat ini mencapai 2 juta ton, dan produksi beras Indonesia diproyeksikan naik 52,32 persen pada Januari—Maret 2025.
“Ini ada anomali, stok gudang ada 2 juta ton, melimpah stok gudang kita. Kemudian produksi naik 52 persen. Beras, Januari, Februari, Maret, ini naik 52 persen, tetapi ada pergerakan harga naik dikit, 2-5 persen,” kata Mentan Amran.
Padahal, dengan stok yang cukup dan produksi yang meningkat, harga beras seharusnya lebih murah. Namun, yang terjadi adalah harga beras turun di tingkat petani, tetapi justru naik di tingkat konsumen.
“Nah, ini terjadi anomali. Ada middleman (tengkulak). Minta tolong pada pengusaha, jangan mempermainkan harga. Saudaraku, sahabatku, sekarang tidak ada alasan (harga beras mahal),” ujar Mentan Amran.
Memang, Mentan Amran menjelaskan, jika stok beras Bulog di bawah 1 juta ton, harga beras bisa naik. Namun, dengan stok beras yang ada saat ini, tidak ada celah untuk harga beras naik.
“Dulu, kalau stok Bulog itu 1 juta ton maaf para teman-teman pengamat, biasanya pengusaha mengatakan stok kurang, pasti harga naik. Sekarang tidak ada celah. Tidak ada alasan, harga naik di bulan Suci Ramadan,” tegas dia.





























