Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pemuda Tani Indonesia, Suroyo menenggapi komentar miring terkait program Food Estate di Kalimantan Tengah.
Eks Ketua Umum Ikatan Senat Mahasiswa Pertanian Indonesia (ISMPI) itu mengatakan, Food Estate Kalimantan Tengah, termasuk di lokasi Gunung Mas saat ini menunjukkan keberhasilan.
Hal ini bersebrangan dengan klaim mantan Menteri Perdagangan (Mendag), Tom Lembong, yang menyebutkan Food Estate di Gunung Mas, Kalimantan Tengah, mengalami kegagalan.
“Pada bulan Januari 2024 ini, Food Estate di Gunung Mas telah dilakukan panen jagung dengan produksi mencapai hasil 6,5 ton per hektare,” ujar Suroyo di Jakarta, Sabtu (27/1).
Oleh karena itu, Suryo menilai pernyataan Tom Lembong tidak paham soal pertanian. “Kita semua tahu, dia ikut berkomentar dan mengurusi pertanian, padahal tidak tahu teknis. Ini kan konyol dan menyesatkan publik,” ucap Suryo.
Lebih lanjut Suroyo mengatakan, lahan Food Estate di Gunung Mas secara bertahap akan panen jagung dan singkong yang saat ini mendapat dukungan dari Kementerian Pertanian (Kementan) bersama Kementerian Pertahanan (Kemhan).
Pemerintah optimistis mampu melakukan penanaman jagung di lokasi Food Estate di Gunung Mas seluas 10 hektare, di samping tanaman singkong yang lebih dulu ditanam Kemenhan yang akan segera Panen.
“Tanaman jagung yang telah mampu berproduksi di Januari 2024 itu akan diikuti dengan panen singkong dalam beberapa waktu kedepan. Kita punya ahli pertanian mereka tidak perlu diragukan kemampuannya,” ujarnya.
Kementan juga melibatkan komunitas petani setempat, perguruan tinggi, dan lembaga swadaya masyarakat. Semuanya bersinergi untuk menjadikan Food Estate sebagai lumbung pangan masa depan.
“Selain itu, Kami paham bahwa di lapangan Kementan terus mengawal jalanya pengembangan Food Estate di Pulang Pisau dan Kapuas yang sangat berhasil dengan luas kurang lebih 62 ribu hektar,” sambung Suroyo.
Suroyo menambahkan ,pembangunan Food Estate bertujuan untuk merespons situasi nasional yang berdampak pada kondisi pangan nasional. Sebab, saat ini dunia sedang krisis pangan akibat berbagai gejolak dunia salah satunya El Nino.
“Oleh karena itu, pihak yang tak paham pertanian sebaiknya jangan Ikut menilai program pertanian sehingga dapat menyesatkan publik. Membuat kondisi negara menjadi tidak kondusif karena informasi yang diungkapkan itu menyesatkan,” tegasnya.
Suroyo menyesalkan Tom Lembong yang berbicara dan memberikan pernyataan kegagalan Food Estate, padahal bukanlah bidang dan keilmuannya. Dalam nuansa politik ini publik harus cermat, tidak semua informasi dapat diterima seutuhnya, karena banyak oknum yang menyebarkan kebohongan demi kepentingan kelompoknya.
“Pak Tom lembong ini ibarat pepatah semut diseberang lautan tampak, gajah dipelupuk mata tak tampak, bagaimana tidak, dia berkomentar keliru soal Food Estate, padahal program Online Single Submission (OSS) dalam membangun dan menyederhanakan pelayanan perizinan gagal dilakukan selama dia menjabat dalam kabinet,” tegasnya.
Program OSS tersebut justru baru rampung setelah Tom Lembong tidak lagi menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
“Intinya Food Estate ini baik untuk dilanjutkan, kita perlu pertahanan bidang pangan dengan memproduksi pangan ditengah tantangan kerawanan pangan global, karena pangan ialah soal hidup matinya bangsa,” tutup Suroyo