Sebagai bagian dari masyarakat Uni Eropa (UE) yang berideologi anti sawit, Italia memang bukan sahabat akrab bagi sawit. Agar sikap Italia berbeda, sedikit bersahabat dengan sawit, perlu diplomasi dan kampanye positif, mengenalkan wajah sawit yang sesungguhnya.
Memang bukan hal yang gampang. Jika cara diplomasi dan kampanye serta momen yang tepat maka semuanya bisa diatasi.
“Tapi kita tak boleh habis akal. Mengejar kuda harus pake kuda. Menggandeng orang atau organisasi global satu cara masuk ke UE,” kata Sumarjono Saragih, Ketua Bidang Ketenagakerjaan Gapki (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia)di Turin Italia, 10/12.
Di panggung acara yang diprakarsai oleh ILO (International Labour Organisation)-organ PBB yang mengurusi buruh, Sumarjono memperkenalkan wajah asli sawit. Meski suhu sangat dingin 6° tak bersahabat, di ruangan ITC ILO di Turin, Sumarjono tetap semangat. Apalagi, saat itu hadir 100 orang lebih perwakilan dari 38 negara.
Dalam acara tersebut, ada High Level Panel: Promotion Decent Work in Rural Economy. Alias Promosi Kerja Layak (Sawit) di Pedesaan.
“Sebagai panelis, saya mewakili sawit Indonesia, bersama 5 panelis lain dari berbagai negara. Ada juga panelis dari organisasi penting Dunia: FAO, IFAD, ILO mendampingi juga delegasi Mexico dan Zambia,” katanya.
Menurutnya, ada kesempatan penting untuk menampilkan wajah sawit yang sebenarnya. Selama ini, sawit terkungkung stigma buruk akibat kampanye negatif dan hitam harus di-counter.
“Salah satu caranya adalah dengan menyampaikan capaian-capaian upaya perbaikan. Ada banyak hal baik yang sudah dicapai. Namun belum dibarengi dengan upaya publikasi khususnya global. Ini kesempatan bagus menyampaikan buah kerjasama GAPKI-Buruh-Petani bersama ILO,” jelas Sumarjono.
Sumarjono menambahkan, terhitung sejak 2016 berbagai ragam aksi ILO-GAPKI-Buruh sudah dilakukan.
“Ada pelatihan, workshop, promosi dan implementasi. Apresiasi kita kepada ILO Indonesia, sudah menjadi mitra penting dalam upaya merubah wajah sawit khususnya aspek buruh. Bahkan diberi panggung publikasi langsung di negara UE,” tambahnya.
Untuk diketahui, tuduhan UE dan masyarakat global atas sawit kita cukup banyak. Lingkungan, kesehatan, sosial dan manusia. Dalam aspek manusia kita dituduh melakukan praktek yang jauh dari kerja layak atau ‘decent work’ yang sudah menjadi acuan global (ILO/PBB).
“Merubah wajah sawit Indonesia perlu upaya gotong royong. Perbaikan dalam negeri dan diplomasi global. Anda tertarik menjadi bagian kerja besar ini? Ini urusan menyelamatkan 16.2 juta manusia yang hidup dari sawit. Juga menjaga industri sawit yang ‘terlanjur’ jantung ekonomi dan devisa negara,” pungkasnya.