Bapanas Komitmen Kendalikan Inflasi Pangan

0
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi. (dok: Bapanas)

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menegaskan komitmen Bapanas dalam mengendalikan inflasi pangan di tengah laporan inflasi nasional oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk Juni 2024.

BPS mengumumkan inflasi nasional sebesar 2,51 persen secara tahunan, sementara secara bulanan terjadi deflasi sebesar 0,08 persen, lebih dalam dibandingkan Mei 2024. Ini merupakan deflasi kedua sepanjang tahun ini.

Deflasi bulanan juga terjadi pada komponen harga bergejolak sebesar 0,98 persen, dengan kontribusi utama dari penurunan harga bawang merah, daging ayam ras, dan tomat.

Secara tahunan, komponen harga bergejolak masih mengalami inflasi sebesar 5,96 persen, dipengaruhi oleh kenaikan harga beras, cabai merah, dan bawang merah.

Arief menjelaskan bahwa Bapanas bersama stakeholder pangan terus menjalankan berbagai instrumen pengendali inflasi pangan.

“Komponen volatile food sering menjadi penyumbang inflasi setiap bulannya. Jadi, sebagaimana arahan Presiden Jokowi, pemerintah secara bersama-sama akan terus menjalankan banyak instrumen pengendali inflasi pangan,” kata Arief.

Bapanas mencatat frekuensi kemunculan komoditas penyumbang inflasi selama semester pertama 2024, dengan bawang merah, daging ayam ras, bawang putih, dan ikan segar menjadi penyumbang utama inflasi.

Namun, terdapat penurunan signifikan pada inflasi komponen harga bergejolak selama tahun ini. Dari hampir 8 persen di tengah tahun 2022, menurun menjadi sekitar 3,30 persen pada 2023, dan mencapai 1,72 persen di 2024.

Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) di Juni 2024 mengalami kenaikan sebesar 1,77 persen menjadi 118,77, dan Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) meningkat 1,50 persen menjadi 106,20.

Kenaikan ini didorong oleh penetapan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras, yang diatur melalui Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 4 Tahun 2024.

“Penetapan HPP ini tentunya mempertimbangkan aspek ekuilibrium harga dari hulu sampai hilir. Kita percaya perlu mewujudkan kesetimbangan antara inflasi dan NTPP agar ekosistem pangan nasional dapat menjadi semakin ideal berupa kondisi petani sejahtera, pedagang untung, dan masyarakat tersenyum,” pungkas Arief.

Dalam rangka pengendalian inflasi pangan, Bapanas telah menginisiasi berbagai program intervensi ke pasar dan masyarakat. Gerakan Pangan Murah (GPM) telah dilaksanakan sebanyak 5.329 kali sejak awal tahun, dengan rincian Januari 518 kali, Februari 839 kali, Maret 2.050 kali, April 1.006 kali, Mei 430 kali, dan Juni 486 kali.

Bapanas juga menugaskan Perum Bulog untuk menggelontorkan beras SPHP ke seluruh daerah, dengan realisasi 788 ribu ton dari target 1,2 juta ton hingga 21 Juni 2024. Bantuan pangan beras kepada 22 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) juga telah mencapai 99,47 persen untuk periode Januari-Maret, dan 62,5 persen untuk April-Juni.

Dengan strategi-strategi ini, Bapanas optimistis dapat menjaga keseimbangan antara inflasi dan kesejahteraan petani, memastikan ekosistem pangan nasional yang ideal.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini