Nilai Tukar Petani (NTP) nasional mengalami kenaikan signifikan pada Juni 2024, mencapai 118,77, naik 1,77 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Menurut Plt. Sekretaris Utama BPS, Imam Machdi, kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,85 persen, berbeda dengan kenaikan yang lebih kecil pada indeks harga yang dibayar petani, yaitu 0,08 persen.
Imam menyebutkan bahwa komoditas seperti padi, kakao biji, kopi, dan karet berperan penting dalam peningkatan ini, terutama di subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mencatatkan kenaikan 2,68 persen.
“Peningkatan ini didorong oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 2,88%,” ujarnya.
Selain NTP, NTUP (Nilai Tukar Usaha Petani) juga mengalami kenaikan menjadi 121,90, naik 1,65 persen. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,82 persen dan kenaikan biaya produksi sebesar 0,20 persen.
“Komoditas dominan yang berkontribusi pada kenaikan ini termasuk pemuliaan sapi, bibit sapi, dan upah penanaman. Jika dilihat per subsektor, kenaikan tertinggi NTUP terjadi pada tanaman perkebunan rakyat,” tambahnya.
Terkait sebaran data NTP, 32 provinsi mengalami kenaikan, dengan kenaikan tertinggi tercatat di Provinsi Bangka Belitung yang didorong oleh komoditas lada. Sementara itu, lima provinsi lain melaporkan penurunan, dan satu provinsi lainnya stabil.
“Sama halnya dengan NTP, 32 provinsi juga mengalami kenaikan NTUP, dengan kenaikan tertinggi juga terjadi di Bangka Belitung. Namun, enam provinsi lain mengalami penurunan,” katanya.
Menanggapi temuan ini, Kepala Humas Kementerian Pertanian, Kuntoro Boga Andri menekankan bahwa kenaikan NTP memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan produksi.
Dia menegaskan bahwa pertanian tetap menjadi pilar pembangunan ekonomi dan menjanjikan kesejahteraan bagi rakyat. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan daya saing komoditas, menggali pasar ekspor, dan mendorong pertumbuhan produksi pertanian nasional sangat penting.
“Pemanfaatan harga yang menguntungkan dan pasar yang menjanjikan ini sangat vital bagi petani dan pelaku usaha pertanian ke depannya,” tutupnya.