Kementan Bakal Produksi Massal Alat Mesin Tanam

0
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman meninjau langsung uji lapang jarwo transplanter di sela kunjungan ke Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian (BBPSI Mektan) Serpong, Rabu, 12 Juni 2024. (Foto: Humas Kementan)

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman  mengatakan, pihaknya tengah menyempurnakan alat mesin tanam, yang harapnya dapat dinikmati petani dengan harga terjangkau.

Mesin alat tanam yang bernama jarwo transplanter itu sedang dalam pengembangan di Balai Besar Pengujian Standar Instrumen Mekanisasi Pertanian (BBPSI Mektan), Kementerian Pertanian (Kementan).

“Sekarang ini saya di BBPSI Mektan. Minggu lalu, kami minta kepada prof Fadjri Jufri, saya katakan, ‘ada alat tanam kecil ini, rancang, selesaikan’. Ternyata tadi ini luar biasa bisa operasi,” kata Mentan Amran dalam kunjungan tersebut, Rabu (13/6).

Mentan Amran mengatakan, jarwo transplanter ini akan terus diperbaiki hingga sempurna. Berikutnya setelah sempurna akan diproduksi massal dan petani dapat memilikinya dengan harga murah.

“Ke depan kita perbaiki lagi. Kita sempurnakan lagi. Begitu sempurna, petani bisa menggunakan dengan harga yang murah. Kami produksi massal,” kata AAS, sapaan Mentan Amran.

Harga jarwo transplanter ini dibanderol Rp 17 juta per unitnya. Namun, AAS meminta agar harga alat mesin tanam ini dipasarkan di bawah Rp 10 juta agar penggunaannya bisa lebih masif karena bisa dijangkau oleh petani di seluruh Indonesia.

“Tadi itu harganya Rp 17 juta, kami minta kalau bisa di bawah Rp 10 juta, syukur-syukur bisa Rp 5 juta. Kalau itu bisa terjadi ini bisa masif di seluruh Indonesia karena bisa dijangkau petani-petani,” ujar Mentan Amran.

Apalagi, kata dia, jarwo transplanter ini bisa mempercepat tanam, menurunkan biaya produksi hingga 60 persen, terjadi keseragaman tanam, dan juga meningkatkan produksi hingga 10 persen.

“Bayangkan kapasitasnya tadi satu hektare satu orang. Kalau dulu 20 hari satu orang. Artinya apa? Menurunkan biaya hampir 60 persen dan meningkatkan keseragaman tanam,” ujar Mentan Amran.

“Ngerti maksudku saya? satu haktare ini kalau ditanam dalam satu hari berarti umurnya sama semua, tapi kalau ditanam selama 20 hari, itu pada saat sudah panen, di sini sudah matang, di sana belum matang. Jadi bisa ada losses 10 persen,” sambung dia.

Di sisi lain menteri kelahiran Bone, Sulawesi Selatan ini juga menegaskan, penggunaan teknologi dan mekanisasi ke depan mutlak untuk menarik anak-anak muda terjun di sektor petanian

“Jadi, petani kita harus jaga. Ke depan ini mutlak kita gunakan teknologi, mutlak kita gunakan mekanisasi karena milenial akan ikut. (karena) milenial mau bekerja manakala pertanian menguntungkan dan menggunakan teknologi,” kata dia.

Harapnya dengan masifnya penggunaan teknologi dan mekanisasi di sektor pertanian, 60 persen anak-anak muda, milenial dan generasi z, nantinya bisa bisa mengambil bagian di sektor pangan.

“Nah, ini bonus demografi kita ada 60 persen milenial dan generasi z mengambil bagian di sektor pertanian manakala menggunakan pertanian modern. Nah, kita rancang dari sekarang,” imbuh dia.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini