
Sebagai ujung tombak pembangunan pertanian, penyuluh harus menyampaikan ke petani terkait penambahan alokasi pupuk subsidi tahun ini sebesar Rp 14 triliun.
Demikian disampaikan Dedi saat memberikan keterangan pers Training of Trainers (TOT) bagi Widyaiswara, Dosen, Guru, dan Penyuluh Pertanian dengan tema ‘Pupuk Subsidi dan Peningkatan Produksi Padi dan Jagung Nasional’, Jakarta, Senin (19/2).
“Tugas para penyuluh, widyaiswara, dosen, dan guru adalah menyampaikan pesan ini kepada para petani bahwa ada peningkatan alokasi pupuk subsidi dari Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) Rp 14 triliun 2024,” kata Dedi.
Di samping itu, lanjut Dedi, penyuluh pertanian juga harus mendampingi petani menggenjot produksi padi dan jagung nasional agar impor dua komoditas tersebut bisa ditekan tahun ini dan selanjutnya bisa swasembada.
Diketahui, Kementan di bawah komando Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman tengah fokus meningkatkan produksi padi dan jagung guna menekan kebijakan impor pangan.
“Kita genjot produksi padi dan jagung nasional di 2024 ini agar impor beras, impor jagung di 2024 minimal berkurang, tahun depan impor berkurang lagi, tahun depannya lagi swasembada, dan tahun depannya ekspor,” kata Dedi.
Agar proses produksi padi dan jagung nasional maskimal, Dedi meminta ke penyuluh agar memastikan dan mendampingi petani mendapatkan benih dan bibit dengan baik, tepat waktu, dan juga berkualitas.
“Tentu saja sarana prasarana (sarpras) produksi yang lainnya. Pastikan petani mendapatkan benih, pupuk, termasuk air irigasi, termasuk asuransi dan lain sebagainya di saat petani mau tanam,” kata Dedi.
Lantas, Dedi meminta penyuluh mendampingi petani mengimplementasikan atau menggunakan inovasi teknologi pertanian, seperti penggunaan high yielding variety, varietas yang berpotensi hasil tinggi.
“Benih padi dan jagung harus menggunakan high yielding variety, varietas yang berpotensi hasil tinggi jangan lagi gunakan varietas yang abal-abal. Kalau varietasnya abal-abal, pasti hasilnya juga abal-abal. Jadi, gunakan benih dan bibit berkualitas,” kata Dedi.
Kendati pemerintah akan menambah alokasi pupuk subsidi tahun ini, Dedi juga tetap menyarankan petani untuk menggunakan pupuk orangik, pupuk hayati, dan pembenah tanah organik.
Apalagi, sambung Dedi, harga pupuk kimia sedang mahal. Belum lagi jika penggunannya tidak dilakukan secara bijak alias berlebihan juga dikhawatirkan dapat mencemari lingkungan.
“Itu yang harus dimaksimalkan. Pupuk kimia sekarang mahal, jadi sudah enggak ada tempatnya lagi menggunakan pupuk kimia yang berlebihan,” kata Dedi.
Begitu pula dengan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), Dedi juga berharap agar petani tidak mengunakan pestisida kimia, melainkan menggunakan pestisida nabati.
“Kalau enggak terpaksa, kita tidak perlu menggunakan pestisida kimia. Kenapa? karena lingkungan kita akan makin rusak, apalagi itu kelompok organoklorin, organofosfat, karbamat, piretroid dan lain sebagainya. Itu semua racun bagi tanaman,” imbuh dia.
Diketahui BPPSDMP, Kementan akan menggelar TOT dengan tema ‘Pupuk Subsidi dan Peningkatan Produksi Padi’, yang akan dilaksanakan di BBPMKP Ciawi, Bogor pada 20-22 Februari 2024.
TOT ini akan diikuti 48.111 peserta yang terdiri dari 189 widyaiswara, 253 Dosen, 63 Guru SMKPP lingkup Kementan, 24.607 Penyuluh Pertanian PNS, 12.480 Penyuluh Pertanian PPPK, 1.744 Penyuluh Pertanian THL APBN, dan 8.775 penyuluh pertanian THL BPBD.