
Sejumlah komonitas menggelar sosialisasi gerakan konsumsi pangan lokal di Kecamatan Larantuka, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Di Kota Reinha itu, komunitas dari Finbargo, BergunaID, dan Amartha mengajak masyarakat dari kalangan ibu rumah tangga hingga siswa sekolah dasar mengkonsumsi pangan lokal yang tersedia di sana.
“Kami ingin masyarakat memperbanyak makanan lokal (diversifikasi) dari pada makanan rendah gizi seperti junk food atau mie instan. Atas keprihatinan itulah kami membuat gerakan sosialisasi, yang kita mulai selama dua hari di Larantuka NTT,” ujar Burman dari Komunitas Finbargo saat diskusi bersama pendengar radio RRI, Minggu (10/3).
Burman mengatakan, saat ini banyak dari kalangan anak muda yang memilih makanan cepat saji dari pada makanan tinggi serat dan tinggi protein.
Oleh karena itu, dia berharap, anak muda mulai menyadari untuk sadar pangan lokal, dan selanjutnya bertahap mengkonsumsi makanan tinggi gizi yang ada di sekitarnya.
“Kami ingin membangkitkan konsumsi pangan lokal untuk mengalihkan anak muda dari kebiasaan makanan junk food, mi instan dan lain-lain. Itulah gerakan kami, kami ingin merubah mindset anak muda. Ini gerakan jangka panjang untuk Indonesia,” kata dia.
Atas nama Komunitas Finbargo, dia juga berharap gerakan positif ini akan membesar sebagai gerakan masif dan mendapatkan dukungan banyak pihak, termasuk pemerintah pusat dan daerah.
Vino, dari komunitas BergunaID mengatakan, sosialisasi ini diharapkan menjadi gerakan masif bukan hanya di Larantuka namun juga di semua daerah sehingga ke depan Indonesia betul-betul mampu menjadi bangsa yang memiliki kekuatan mandiri pangan.
“Dan makanan lokal itu kan tersebar di semua daerah. Jadi saya berharap gerakan ini menjadi gerakan yang masif dan dirasakan oleh Ibu-ibu dan juga siswa sekolah lainya sehingga kita bisa mandiri pangan. Itu sih pesan yang ingin kita sampaikan,” katanya.
Menurut Vino, kesadaran ini harus dibangun mulai dari sekarang untuk mengubah pikiran masyarakat terhadap pentingnya gizi bagi kesehatan. Kaum ibu, khususnya bisa memulai dengan gerakan tanam di pekarangan rumahnya masing-masing.
“Ibu-ibu harus kembali sadar dan kembali ke pangan lokal. Karena itulah kita menggelar kegiatan ini, dimulai dari Kecamatan Larantuka,” kata Vino.
Dalam dialog yang sama, Katrina dari komunitas Amartha menambahkan bahwa jenis makanan lokal yang mudah didapatkan adalah jagung dan sorgum. Keduanya memiliki sumber serat dan juga sumber lemak pengganti beras atau karbohidrat lainya.
“Contoh hari ini beras mahal kan, padahal ada makanan lain sebagai penggantinya. Kita punya jagung, sorgum dan sumber lemak sumber serat lainya. Lebih dari itu mereka bisa menggali sendiri apa yang mereka punya di daerahnya masing-masing,” katanya.
Sementara itu, Monica dari komunitas lokal Larantuka menyambut baik upaya beberapa komunitas tersebut dalam menjadikan pangan lokal sebagai pangan sehat pengganti karbohidrat beras.
Ke depan, kata Monik, gerakan ini bisa menjadi gerakan Satu Hari Konsumsi Pangan Lokal di tiap sekolah dasar.
            




























