Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyalurkan bantuan pangan cadangan beras pemerintah (CBP) di Lapangan Sepak Bola Klumpit Tingkir, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, pada Senin, (22/1).
“Hari ini adalah hari pertama (di Salatiga) bantuan pangan kita berikan, sudah dapat semua yang 10 kilo?” tanya Presiden Jokowi kepada para penerima manfaat yang hadir.
Kepala Negara mengatakan, bantuan tersebut akan diberikan hingga Maret 2024. Namun, bantuan serupa akan terus diupayakan pemerintah untuk dilanjutkan hingga Juni mendatang sesuai dengan kondisi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
“Nah, setelah Juni nanti, kita akan hitung-hitungan lagi, kalau APBN kita masih kuat, dilanjutkan. Kita berdoa bersama, semoga APBN kita kuat sehingga terus bisa dilakukan,” ucapnya.
Presiden Jokowi juga memastikan bahwa pemerintah selalu menjaga stok pangan strategis berada dalam kondisi yang mencukupi. Khusus untuk stok beras, kata dia, masih ada sekitar 1,4 juta ton.
“Di Indonesia sendiri ada El Nino, kekeringan yang panjang. Tapi stok Bulog sekarang ini alhamdulillah masih pada posisi yang baik, masih 1,4 juta ton, patut kita syukuri. Itu (setara) 1,4 miliar kilo, saya nggak bisa bayangin (banyaknya),” katanya.
Presiden Jokowi mengatakan, cadangan pangan strategis sangat perlu, karena menyangkut hajat hidup orang banyak.
“Saya cek terus, saya setiap ke kota dimanapun, pasti gudang Bulog saya cek. Stoknya benar-benar ada nggak, memang 1,4 juta ton, betul-betul distribusinya di semua kota ada nggak, itulah fungsi Bulog. Memang cadangan strategis itu perlu, karena menyangkut hajat hidup orang banyak,” katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengatakan bantuan pangan beras ini dilaksanakan secara kolaboratif antara Bapanas, Perum Bulog, dan PT Pos Indonesia.
Dia menuturkan, bantuan pangan beras ini urgen kembali dijalankan pemerintah di tahun ini dan ketepatan salur bantuan pangan beras menjadi hal utama untuk dapat semakin ditingkatkan.
“Hari ini di Salatiga, ini tepatnya di Lapangan Bola Kecamatan Tingkir Salatiga. Bapanas bersama Bulog, tentunya juga bersama PT Pos Indonesia, mengirimkan bantuan pangan berupa beras. Hari ini sekitar 1.062 KPM, ini untuk pertama di sini, di bulan Januari,” kata Arief.
“Bapak Presiden tadi menyampaikan bantuan pangan ini akan sampai Maret dan mungkin akan dilanjutkan sampai Juni. 22 juta KPM secara nasional, datanya dari Kemenko PMK. Terkait penerima baru, di tahun ini kurang lebih ada tambahan 8 persen dibandingkan tahun lalu. Kemudian Bapanas mengkoordinasikan bersama Bulog untuk bisa dibagikan,” sambungnya.
Sebagaimana diketahui, data yang digunakan sebagai basis penerima dalam bantuan pangan beras tahun 2024 menggunakan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) yang diampu oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Secara terperinci, total KPM sebanyak 22.004.077 yang terdiri dari kelompok desil 1 dengan jumlah 6.878.649 keluarga, desil 2 terdapat 7.474.796 keluarga, dan desil 3 sebanyak 7.650.632 keluarga.
Menyadur dari laman resmi Layanan Data P3KE, apabila dilihat berdasarkan jumlah individu, maka total individu dari kelompok desil 1 sampai 3 tercatat mencapai 89.297.037 individu. Detailnya antara lain desil 1 sebanyak 31.195.947 individu, desil 2 ada 29.719.175 individu, dan desil 3 sejumlah 28.381.915 individu.
Data P3KE ini merupakan suatu sistem yang memuat data by name, by address, dan by Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang berisi sekitar 80 persen penduduk, serta diurutkan berdasarkan peringkat kesejahteraannya.
“Kita bicara nasional ya, nasional itu saat ini stoknya 1,4 juta ton. Kemudian bantuan pangan ini kalau sebulan rata-rata (membutuhkan) 240-250 ribu ton se-Indonesia. Kemudian Bapak Presiden tentunya setiap minggu kita punya weekly meeting untuk memastikan stok itu tercukupi dan hampir semua gudang Bulog se-Indonesia itu kalau Pak Presiden visit mulai dari Jayapura, Biak, Kupang, Nagekeo, Manggarai Barat, Palembang, Padang, Lampung, semua kalau kita cek, semuanya punya stok. Jadi pendistribusiannya sudah merata se-Indonesia,” lanjutnya.
“Beras yang berkualitas baik dari Bulog sejumlah 10 kg tiap bulannya diberikan ke masing-masing keluarga, sehingga totalnya bisa sampai 89 juta orang lebih dalam sebulan. Ini merupakan masyarakat kita yang terbawah, saudara-saudara kita yang memerlukan sokongan untuk ekonominya. Jadi (bantalan ekonomi) itu telah diamankan oleh pemerintah,” tandasnya.
Lebih lanjut, Arief mengelaborasi relevansi antara upaya pemenuhan kebutuhan pangan nasional dengan pergerakan harga pangan di semua tingkatan rantai pasok. Idealnya pemenuhan stok pangan strategis bersumber dari produksi dalam negeri, namun jika terdapat proyeksi penurunan produksi, langkah antisipasi risiko harus diterapkan.
“Jadi pemenuhan kebutuhan pangan nasional sebaiknya dari dalam negeri. Tapi manakala kita memang sudah mengkalkulasi dan Badan Pusat Statistik sudah menyampaikan bahwa projection di bulan Januari Februari ini ada drop produksi dalam negeri, kita tak boleh mengambil risiko. Importasi perlu dilakukan, harus benar-benar dijaga, dan hanya masuk ke gudang Bulog,” ungkapnya.
Dalam kondisi shortage seperti sekarang, kata dia, kalau Bulog masuk melakukan penyerapan produksi beras dalam negeri, justru malah akan mendorong peningkatan harga.
“Ujung-ujungnya nanti di tingkat pembeli, daya belinya menurun dan akan memicu inflasi. Bulog masuk (menyerap) saat harga di tingkat petani sudah mulai menurun, misalnya saat sedang panen raya nanti,” imbuhnya.