Prospek Agribisnis Indonesia 2021 Tetap Menjanjikan

0

Prospek agribisnis tahun ini masih menjanjikan karena permintaan komoditas pertanian tetap tinggi di tengah pandemi Covid-19.

Hal tersebut disampaikan tokoh Pertanian yang juga Menteri Pertanian (Mentan) periode 2000-2004, Prof. Bungaran Saragih. Menurutnya, prospek agribisnis akan semakin besar karena permintaan produk agribisnis dari sektor hulu dan hilir masih terbilang tinggi.

“Apabila Covid ini bisa mereda dibandingkan tahun lalu dan perekonomian kita bisa tumbuh lebih bagus dari tahun 2020. Maka prospek agribisnis akan semakin besar karena permintaan produk agribisnis dari sektor hulu dan hilir masih terbilang tinggi,” ujar dia dalam acara Webinar dengan tema Prospek Agribisnis Indonesia 2021 di Jakarta, Rabu (10/3/2021).

Ditambah peningkatan pendapatan nasional, menurut dia, permintaan produk-produk agribinsis akan meningkat. “Meskipun prospeknya tidak sebaik tahun 2019, tapi pasti lebih baik dari tahun lalu,” ungkap dia.

Bungaran mengungkapkan, ini akan menjadi harapan dan menciptakan optimisme kepada para pelaku agribisnis. Namun tantangan masih akan tetap ada.

“Tantangan kita masih klasikal yang masih itu-itu juga yakni sistem agribisnis kita masih terkotak-kotak, on farm, off farm dan jasa penunjangnya. Sistem masih mencari bentuknya untuk bisa terkordinir dari mulai hulu sampai hilirnya. Ini belum bisa kita selesaikan hingga kini,” terang dia.

Bungaran menegaskan, ini merupakan tugas Kementerian Kordinator Perekonomian untuk memisahkan sekat-sekat antar kementerain yang berbeda-beda itu. “Imbasnya terjadi sekat di dalam sistem usaha agribisnis,” ujar dia.

Namun, lanjutnya, komoditas kelapa sawit salah satu agribisnis paling baik yang bisa mengurangi sekat-sekat itu. “Akibatnya sawit menjadi agribisnis paling penting di Indonesia dan bisa menguasai dunia,” kata dia.

Untuk itu, dia mendorong komoditas lain seerti udang, peternakan, karet, kopi, kakao, sayur dan buah-buahan bisa mencontoh model sistem agribisnis kelapa sawit agar menjadi lebih baik. “Sekat di pemerintah dan dunia usaha bisa hilang di kelapa sawit, bahkan Presiden turun langusng,” ungkap Bungaran.

“Kalau itu bisa diperbaiki, maka prospek tidak hanya 2021 tapi tahun sterus, agribisnis menjadi hal penting dalam perekonomian indonesia,” tambah dia.

Tantangan berikutnya sistem budidaya (on farm) masih gurem dan tidak terorganisasi, sehingag terjadi sekat yang semakin jauh antara on farm dengan pasca panen (of farm). “Maka itu, dibutuhkan gerakan koperasi secara massal karena saat ini lemah sekali,” jelas dia.

Akibatnya sistem agribisnis di Indonesia relatif lemah dan daya saing rendah. “Ini harus diperbaiki afar bisa mengurangi inefisiensi, meningkatkan daya saing dan pendapatan pelaku usaha agribisnis,” ujar Bungaran.

Pemerintah sendiri menargetkan produk domestik bruto (PDB) dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan bisa mencapai level 3,3 persen hingga 4,27 persen pada tahun ini. Proyeksi tersebut mengalami kenaikan dari realisasi sepanjang 2020 sebesar 1,75 persen.

Deputi Bidang koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdalifah, mengatakan, optimisme tersebut lantara pada tahun lalu sektor pertanian bisa mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Khususnya untuk subsektor tanaman pangan dan hortikultura.

Ia mengatakan, untuk dapat mencapai proyeksi tersebut, diperlukan dorongan dari sisi produksi seklaigus permintaan. Selain itu, perbaikan harga komoditas, khususnya dari subsektor tanaman perkebunan diharap mampu mendorong pertumbuhan PDB.

Secara spesifik, pemerintah memproyeksi pertumbuhan PDB subsektor tanaman pangan tahun ini dapat tumbuh 1,3 persen-2,29 persen, dan hortikultura 1,74 persen-2,69 persen.

Pemerintah menargetkan produk domestik bruto (PDB) dari sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan bisa mencapai level 3,3 persen hingga 4,27 persen pada tahun ini. Proyeksi tersebut mengalami kenaikan dari realisasi sepanjang 2020 sebesar 1,75 persen.

Deputi Bidang koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Perekonomian, Musdalifah, mengatakan, optimisme tersebut lantara pada tahun lalu sektor pertanian bisa mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi. Khususnya untuk subsektor tanaman pangan dan hortikultura.

“Ini didorong oleh perbaikan produksi tanaman pangan dan realisasi ekspor hortikultura yang baik. Ini menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi yang lebih positif,” kata Musdalifah.

Ia mengatakan, untuk dapat mencapai proyeksi tersebut, diperlukan dorongan dari sisi produksi seklaigus permintaan. Selain itu, perbaikan harga komoditas, khususnya dari subsektor tanaman perkebunan diharap mampu mendorong pertumbuhan PDB.

Secara spesifik, pemerintah memproyeksi pertumbuhan PDB subsektor tanaman pangan tahun ini dapat tumbuh 1,3 persen-2,29 persen, dan hortikultura 1,74 persen-2,69 persen.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini