Solusi Krisis Pangan dan Energi Dunia Ada di Indonesia

0
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman melakukan launching Biodiesel 50 persen (B50) di Pabrik Biodiesel PT. Jhonlin Agro Raya, Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Minggu, 18 Agustus 2024. Foto Humas Kementan

Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengatasi krisis pangan dan energi global. Menurutnya, solusi untuk tantangan dunia ini ada di tangan Indonesia.

Dia mengungkapkan, dunia saat ini menghadapi krisis pangan dan energi yang sangat mendesak. Di seluruh dunia, ada 49 negara yang mengalami kelaparan dan kekurangan gizi, termasuk negara-negara yang terdampak parah seperti Somalia dan Sudan.

Selain masalah pangan, kata Mentan Amran, krisis energi juga mengancam banyak negara, menambah kompleksitas tantangan global saat ini.

“Tapi dua-duanya solusinya ada di Indonesia,” kata Mentan Amran pada acara soft launching B50 di Pabrik Biodiesel PT. Jhonlin Agro Raya, Batulicin, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, Minggu, 18 Agustus 2024.

Mentan Amran menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia berpotensi menjadi lumbung pangan dunia. Dengan komitmen dan konsistensi dalam tiga tahun ke depan, Indonesia dapat mencapai target tersebut.

Salah satu langkah utama menuju tujuan ini adalah pembangunan lumbung pangan di Papua seluas 1 juta hektare, yang diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat produksi pangan global.

“Solusi pangan, Insyaallah kita akan menjadi lumbung pangan dunia, kalau kita lakukan secara konsisten 3 tahun ke depan. Tapi yang terpenting adalah kita akan membangun lumbung pangan di Papua seluas 1 juta hektare,” kata Mentan Amran.

Mentan Amran  yakin bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi lumbung pangan dunia. Keyakinan ini didasarkan pada fakta bahwa Indonesia telah berhasil mencapai swasembada pangan pada tahun 2017, 2019, dan 2020

“Kita bisa swasembada artinya kita mampu. Kita ulang lagi bila perlu melompat menjadi lumbung pangan dunia dan Indonesia menjadi pengendali pangan dunia nantinya ke depan,” kata Mentan Amran.

Kata Mentan Amran, visi besar Indonesia ke depan tidak hanya fokus pada memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang mengalami kelaparan, tetapi juga pada pemanfaatan potensi ekspor untuk memenuhi kebutuhan pangan di negara-negara yang membutuhkannya.

“Mimpi kita adalah memberikan bantuan pada saudara-saudara kita yang kelaparan dengan kemanusiaan dan mengekspor secara komersil pada negara-negara yang membutuhkan. Ada 50 negara mengimpor beras,” kata dia.

Selanjutnya, dalam ranah energi, Mentan Amran menyoroti potensi besar Indonesia sebagai pemimpin global dalam sektor biofuel. Peluncuran B50—biodiesel yang mengandung 50 persen CPO (Crude Palm Oil)—menandai tonggak sejarah yang penting.

“B50 ini sangat penting, sangat strategis. Ini bisa dijadikan politik ekonomi untuk dunia.
Saya ulangi, ini kekuatan kita. Yang menjadi krisis dunia sekarang adalah pangan dan energi. Itu solusinya ada di Indonesia. Pangan ada di Indonesia, kemudian biodiesel ada di Indonesia,” tegas Mentan Amran.

Mentan Amran menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kekuatan besar dalam industri CPO, menguasai 58 persen pasar global. Jika dikelola dengan baik, potensi ini dapat memberikan dampak signifikan dalam aspek ekonomi dan politik.

Dia mengungkapkan bahwa negara-negara Eropa memerlukan 2,6 juta ton CPO, sementara negara-negara lain membutuhkan total 26 juta ton. Ini menggambarkan betapa besar permintaan global terhadap produk ini.

Sementara itu, Indonesia saat ini mengimpor 5 juta ton bahan biodiesel atau solar. Jika negara ini menghentikan impor dan memanfaatkan CPO domestik sebesar 5,3 juta ton, maka harga minyak dunia bisa turun drastis.

“Kalau kita ini stop, kemudian CPO kita kompersi 5,3 juta ton. Artinya apa? Harga minyak dunia bisa turun, harga CPO pernah mencapai tertinggi 300 persen. Kalau kita tarik 5,3 juta ton, harga CPO pasti naik,” tegas Mentan Amran.

Mentan Amran menjelaskan, nilai ekspor pertanian Indonesia, khususnya CPO, saat ini mencapai Rp 459 triliun. Namun, jika Indonesia memutuskan untuk menarik 5,3 juta ton dari pasar internasional, nilai ekspor tersebut diperkirakan akan melonjak hingga 30-40 persen, berpotensi mencapai antara Rp 700 hingga Rp 1.000 triliun.

“Kalau kita tarik dari pasar 5,3 juta ton, ekspor ini katakanlah naik 30-40 persen itu bisa menjadi Rp 700 atau Rp 1.000 triliun devisa kita. Katakanlah, Eropa yang agak rese dikit, kita tarik Rp 2,000,000 Itu pasti menjadi masalah dunia,” ujar Mentan Amran.

Karena itu, dengan mengoptimalkan B50, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan nilai ekspor dan menurunkan ketergantungan pada impor, tetapi juga menguatkan posisinya sebagai pemain utama dalam industri biofuel global.

“Jadi hari ini adalah momentum, ini adalah milestone, tonggak sejarah hari ini B50, kita lakukan soft launching di Batulicin. Ini adalah sejarah baru bagi Indonesia,” pungkas menteri kelahiran Bone, Sulawesi Selatan ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini