Bapanas Ungkap Kapan Pemerintah akan Tutup Keran Impor Beras

0

Pemerintah akan menutup keran impor beras jika produksi dalam negeri telah melebihi kebutuhan konsumsi nasional.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi mengatakan menurut Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) diperkirakan produksi beras pada Maret nanti dapat menyentuh angka 3,5 juta ton.

Angka tersebut, lanjut dia, telah melebihi kebutuhan konsumsi nasional beras sebulan yang sejumlah 2,5 juta ton.

“Dan kemudian nanti di bulan Maret itu sudah mulai panen 3,5 juta ton di atas kebutuhan nasional sebesar 2,5 juta ton per bulan, sehingga pada saat itu kita akan setop impor. Kita akan setop impor dan serap beras padi lokal untuk tetap mempertahankan harga di tingkat petani itu baik,” ujarnya.

Saat ini, lanjut dia, ketersediaan stok pangan strategis seperti beras, terutama menghadapi Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) menjadi fokus utamanya bersama Perum Bulog.

Kunci ketersediaan stok beras nasional terletak pada produksi dalam negeri yang diprediksi akan meningkat pasca El Nino mulai mereda.

“Hari ini sekali lagi Bapak Presiden Joko Widodo berkenan untuk melakukan cek ketersediaan stok di Bulog. Pada saat yang bersamaan beliau juga meminta saya dan Pak Dirut Bulog untuk memastikan ketersediaan stok, utamanya jelang sampai dengan lebaran. Dan di sini ada Pak Dirut Bulog yang tentunya bersama-sama dengan kita semua akan memastikan bahwa stok beras itu akan cukup sampai lebaran,” kata Arief dalam keterangan resminya diterima, Kamis (1/2).

Dia menampik anggapan sebagian pihak bahwa masuknya beras yang berasal dari pengadaan luar telah memukul harga gabah di tingkat petani.

Menurut dia, justru Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) di Desember 2023 dinilai BPS mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Jadi kalau ada yang menyampaikan harga di tingkat petani jatuh di bawah, tidak benar. Hari ini confirmed, harga di tingkat petani, NTPP itu harga terbaik itu, di tahun ini. Harga di petani tinggi, gabah di atas Rp 7.000, ada yang Rp 8.000,” tegasnya.

“Kemudian di hilir karena harga gabah itu Rp 7.000, secara mudah kalau harga Rp 7.000-8000 maka secara mudah harga berasnya itu dua kali lipat. Kalau Rp 8.000 berarti Rp 16.000, kalau Rp 7.000 berarti Rp 14.000, sehingga Bapak Presiden memerintahkan saya dan Dirut Bulog untuk melakukan bantuan pangan, tentunya untuk 22 juta KPM,” sambungnya.

“Jadi bantuan pangan beras dilaksanakan bukan karena Januari Februari Maret ini jelang Pemilu, tidak begitu. Ini dari tahun lalu pun juga sudah ada dan ini akan terus dikerjakan, sampai nanti akan terus dikerjakan karena saudara-saudara kita yang 22 juta KPM, ini memang sangat memerlukan,” tandasnya.

Dia berharap dampak perekonomian terkait penguatan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Perum Bulog sangat baik ada di dalam negeri saja. Langkah importasi terpaksa dilakukan agar pemerintah tetap punya CBP yang secured.

“Kalau kita sekarang mengimpor (beras) 2 juta ton, itu butuhnya bisa sekitar Rp 20 triliun. Kita sekarang inginnya setelah ini, kegiatan ekonominya ada di Indonesia. Kalau ini adanya di desa-desa, di tempat kita punya sentra produksi, itu akan sangat baik buat kita,” ujarnya.

“Jadi yuk kita dukung bersama supaya produktivitas kita di Indonesia, bisa mengcover kebutuhan nasional, sehingga kita jaga sama-sama ekonominya, giat ekonominya kalau ada di Indonesia keren banget,” imbuhnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini