
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), Eddy Abdurrachman, menekankan pentingnya riset dalam keberlanjutan industri sawit nasional.
BPDPKS, yang didirikan pada tahun 2015 melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 61 Tahun 2015, bertugas mengumpulkan, mengelola, dan menyalurkan dana untuk pengembangan sawit berkelanjutan.
Eddy menjelaskan, dana yang dihimpun tidak hanya digunakan untuk program strategis terkait sawit, termasuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) dalam pertumbuhan kelapa sawit, tetapi juga untuk penelitian dan pengembangan.
“Hingga kini, banyak kegiatan penelitian dan pengembangan telah didanai oleh BPDPKS,” kata Eddy dalam Indonesia Palm Oil Research and Innovation Conference and Expo (IPORICE) di Jakarta, Selasa (13/8).
Eddy menuturkan, program penelitian dan pengembangan sawit merupakan salah satu upaya penting untuk melakukan penguatan, pengembangan, dan peningkatan pemberdayaan dari sektor hulu hingga hilir sawit.
“Program penelitian dan pengembangan sawit merupakan salah satu upaya untuk melakukan penguatan, pengembangan dan peningkatan pemberdayaan perkebunan, dan industri sawit yang saling bersinergi dari sektor hulu sampai dengan hilir demi terwujudnya industri sawit nasional yang tangguh dan berkelanjutan,” kata dia.
Kegiatan riset, menurut dia, adalah fondasi yang kuat dari industri sawit dan sangat dibutuhkan sebagai ujung tombak kemajuan industri berbasis komunitas keunggulan strategis nasional. Oleh karena itu, diperlukan alokasi dana riset yang mencukupi agar aktivitas ini dapat dilakukan dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk mendukung pengembangan perkebunan dan industri sawit yang berkelanjutan.
“Riset yang didukung oleh dana perkebunan kelapa sawit diharapkan memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, baik dari pekebun maupun industri kelapa sawit nasional,” tambahnya.
Sejak berdirinya BPDPKS pada tahun 2015, lembaga ini telah menyeluruhkan dukungan dana riset melalui program Grand Research Sawit. BPDPKS telah menjalin kerja sama dengan 88 lembaga penelitian dan pengembangan, termasuk peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Eddy menjelaskan, kemajuan riset dan pengembangan di Indonesia sangat memerlukan dukungan sistem yang baik agar riset dapat melewati batas-batas konvensional. Salah satu dukungan penting adalah dengan melakukan riset pasar untuk mendapatkan umpan balik dari pengguna dan calon pengguna.
Hingga saat ini BPDPKS telah mendukung lebih dari 300 penelitian. Apabila terdapat setidaknya 10 persen saja yang berpotensi untuk dapat sampai pada tahap komersil maka akan ada 30 inovasi hasil riset unggulan yang manfaatnya akan dapat dirasakan selanjutnya oleh industri sawit nasional.
“Hal ini akan sangat berdampak signifikan bagi kemajuan industri sawit mulai dari peningkatan produktivitas, peningkatan diversifikasi, dan peningkatan nilai tambah,” kata Eddy.
Eddy menjelaskan bahwa dalam upaya mengkomersialkan hasil riset yang telah didanai BPDPKS, pihaknya bekerja sama dengan Asosiasi Inventor Indonesia. Kerja sama ini bertujuan untuk melakukan evaluasi dan menjembatani industri atau calon investor agar dapat memahami lebih dalam mengenai hasil riset para peneliti. Dengan demikian, diharapkan proses komersialisasi dapat terwujud.
“Saat ini telah terdapat 15 inventor yang telah menandatangani kesepakatan letter of intent dengan calon investornya,” kata dia.
Eddy menekankan perlunya sinergi antara pemerintah sebagai lembaga penelitian dana riset dan regulator produk riset, industri, serta lembaga penelitian atau perguruan tinggi untuk mendorong hilirisasi dan komersialisasi produk riset.
“Untuk itu, dibutuhkan lembaga yang dapat mengkolaborasikan dan mensinergikan kegiatan riset untuk mempercepat komersialisasi hasil riset. Riset dan inovasi nasional adalah salah satu lembaga yang dapat berperan aktif dalam hal ini,” kata Eddy.
Sejak tahun 2015, BPDPKS telah bekerjasama dengan lembaga-lembaga penelitian yang saat ini bergabung dalam BRIN. Pada tahun 2024, BPDPKS mendukung lebih dari 20 penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti di BRIN. Salah satu contoh riset adalah pengembangan rubber foam sole berbasis abu boiler sawit untuk industri sepatu.
“Keterlibatan organisasi riset di BRIN mencakup penelitian teknologi serta non-teknologi, seperti ekonomi dan kesejahteraan,” jelas Eddy.
BPDPKS juga mendukung riset terkait strategi posisi kelapa sawit Indonesia di kancah global, khususnya dalam menghadapi kebijakan EUDR (European Union Deforestation Regulation). “Kami memerlukan kajian komprehensif untuk meningkatkan daya saing kelapa sawit Indonesia,” katanya.
Eddy berharap konferensi ini berjalan baik dan menghasilkan output yang berdampak luas bagi kemajuan sawit Indonesia. “Semoga semakin banyak pihak yang terlibat dan berkontribusi bagi kemajuan riset di Indonesia,” ujar dia.
Pada kesempatan yang sama, Eddy juga mengumumkan bahwa BPDPKS akan menyelenggarakan Pekan Riset Sawit pada Oktober 2024 di Bali. Acara ini akan menampilkan hasil penelitian dalam tujuh bidang utama: budidaya, biomaterial, bioenergi, pangan kesehatan, pascapanen, lingkungan, sosial ekonomi, dan teknologi informasi.
Selain itu, BPDPKS juga memberikan pendanaan untuk penelitian yang dilakukan oleh 40 kelompok mahasiswa dari tingkat diploma dan strata satu di seluruh Indonesia. Hasil penelitian ini akan dipresentasikan dan disebarluaskan selama Pekan Riset Sawit.
“Kami mengundang bapak-bapak ibu-ibu kiranya untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan pekan riset sawit di Indonesia yang insyaallah akan kita selenggarakan di Bali pada bulan Oktober nanti,” tutur Eddy.
Sebagai tambahan, dana yang dihimpun BPDPKS tersebut juga digunakan untuk program peremajaan sawit rakyat (PSR), yang bertujuan melakukan penanaman kembali tanaman sawit yang usianya lebih dari 25 tahun atau yang sudah tidak produktif lagi.
Kemudian, dana ini juga disalurkan untuk memenuhi kebutuhan pangan, mendukung realisasi industri, serta penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati dalam bentuk biodiesel. “Kita tahu bahwa saat ini biosolar yang digunakan di masyarakat mengandung 3,5 persen biofuel atau biodiesel yang berasal dari sawit,” jelas Eddy.
Terakhir, dana yang dihimpun BPDPKS juga dimanfaatkan untuk kegiatan promosi sawit, guna menciptakan citra positif kelapa sawit baik di dalam negeri maupun di luar negeri.